SISTEM MONITORING KETINGGIAN MUKA AIR PADA LAHAN BASAH BERBASIS ANDROID DAN RASPBERRY PI

June 10, 2018 | Author: Harits Kusuma | Category: Documents


Comments



Description

SISTEM MONITORING KETINGGIAN MUKA AIR PADA LAHAN BASAH BERBASIS ANDROID DAN RASPBERRY PI WATER LEVEL MONITORING SYSTEM ON WETLAND BASED OF ANDROID AND RASPBERRY PI Harits Kusuma Andaerri 1), Muhamad Ridwan 2), Ardhi Ma’arik 3), Muhammad Yunus 4), Satyanto Krido Saptomo 5), Chusnul Arif 6) 1,2,5,6 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan – IPB 3 Departemen Ilmu Komputer – IPB 4 Departemen Fisika – IPB 1,2,5,6 Jalan Kamper, Bogor 3,4 Jalan Meranti, Bogor Email: 1)[email protected]; 2)[email protected]; 3)[email protected]; 4) [email protected]; 5)[email protected]; 6)[email protected]

Abstrak: Lahan basah dapat diistilahkan sebagai area penyimpanan air yang basah selama beberapa periode waktu atau permanen. Lahan basah memiliki karakter khusus yang identik dengan air untuk pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus sehingga penting untuk melakukan kontrol terhadap ketersediaan air di lahan basah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian air pada lahan basah menggunakan sistem kontrol Raspberry Pi dan diintegrasikan dengan sistem android. Penelitian ini berupa pengujian alat berdasarkan simulasi untuk mengetahui efisiensi sistem kerja alat sebelum diterapkan di lapangan. Sistem monitoring ketinggian muka air disimulasikan pada empat titik di kolam percobaan yang berbeda dan dapat dikendalikan dari jarak jauh. Pembacaan ketinggian air digunakan dengan sensor ultrasonik US-100. Ketika sensor memberikan input ketinggian muka air maka dengan perintah Raspberry Pi, data tersebut akan dikirimkan ke Android. Sistem kerja alat ini hanya dapat berfungsi apabila tersedia akses internet yang stabil untuk pengiriman data. Hasil penelitian berupa data yang dimunculkan pada Android berupa ketinggian muka air aktual, waktu pembacaan, lokasi dan peta serta grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem monitoring menggunakan Raspberry Pi dan Android sangat efektif dan efisien dalam mengetahui tinggi muka air. Oleh karena itu, sistem monitoring ini dapat mengetahui ketinggian air dan dapat diterapkan di lahan basah. Kata kunci: Android, lahan basah, Raspberry Pi, sensor ultrasonik. Abstract: Wetlands can be defined as water storage area which are wet for some period of time or permanently. Wetlands have special characters which identical to the water for vegetation development and other organisms are adapted specifically so it is important to control the availability of water in the wetlands. This research aims to know the water level on the wetlands using Raspberry Pi control system integrated with android system. This research in the form of testing tool based on simulation to find out the working system efficiency before the tool is applied on the field. Water level monitoring system is simulated in four points and different outdoor experiments that can be remotely controlled. Ultrasonic sensor US-100 are used for water level reading. When the sensor give water level input and by Raspberry Pi command, the data will be sent to Android. The system will only work when a stable internet access is available for sending data. Research results in the form of data that appears on Android in the form of water level, time, location, map and graphic. The results showed that the monitoring system using Raspberry Pi and Android are very effective and efficient in knowing the water level. Therefore, this monitoring system can figure out the water level and can be applied on wetlands. Keywords: Android, Raspberry Pi, ultrasonic sensor, wetlands

1

PENDAHULUAN Wetland (lahan basah) dapat diistilahkan sebagai area penyimpanan air yang basah selama beberapa periode waktu atau permanen (Das dan Pal 2016). Lahan basah menurut konvensi Ramsar didefinisikan sebagai daerah rawa, payau, lahan gambut dan perairan; alami atau buatan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu surut (Triana 2012). Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk, tetapi juga memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengendali banjir dan kekeringan, pengaman garis pantai dari intrusi air laut dan abrasi, penambat sedimen dari darat dan penjernih air, penyedia unsur hara (Gilliam et al. 1997 dalam Ariesty et al. 2014). Lahan basah memiliki karakter khusus yang identik dengan air untuk pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus dan umumnya terdiri dari mineral substrat atau tanah dengan karakteristik morfologi dan kimia fisika tertentu (Maltby 1986), sehingga penting untuk melakukan kontrol terhadap ketersediaan air di lahan basah. Ketersediaan air perlu dilakukan pemantauan untuk mengetahui ketinggian muka air pada suatu lahan basah. Hal ini ditujukan untuk menjaga keseimbangan air pada areal tersebut. Akses lokasi yang sulit dijangkau dan perlunya waktu secara berkala menjadi suatu kendala dalam pemantauan lahan basah. Kondisi ini menjadi keterbatasan dalam pengambilan data di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sistem monitoring lahan basah yang dapat diakses secara mudah dan aktual. Salah satunya adalah sistem monitoring yang dapat mengukur ketinggian muka air secara otomatis. Sistem monitoring pada penelitian ini menggunakan sistem kontrol Raspberry Pi yang dapat mengendalikan proses pengambilan data secara otomatis. Raspberry Pi adalah komputer mikro berukuran seperti kartu kredit yang dikembangkan oleh Raspberry Pi Foundation, Inggris (Shadiq et al. 2014). Raspberry Pi pada penelitian ini menjadi tempat pengolahan, penyimpanan dan transfer data dari sensor menuju cloud server. Server selanjutnya akan dihubungkan menuju sistem android. Sistem android ditujukan untuk kemudahan dalam pemantauan perkembangan data oleh pengguna (user). Android menjadi sistem perangkat mobile yang paling banyak digunakan saat ini dikarenakan teknologinya yang bersifat open source sehingga mendapat banyak dukungan dari berbagai teknologi lainnya (Ichwan dan Hakiky 2011). Hal ini juga diperkuat oleh Defni dan Rahmayum (2014) bahwa Android dirilis pertama kali pada 2008 dan sudah memiliki banyak user yang tersebar dari seluruh dunia, oleh sebab itu android memiliki banyak peminat dan memunculkan banyak pengembang (developer) sehingga android mendukung perkembangan yang cepat karena seperti open source lainnya android membuka kode sumbernya secara gratis untuk dikembangkan oleh para developer. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketinggian air pada lahan basah menggunakan sistem kontrol Raspberry Pi dan diintegrasikan dengan sistem android.

METODE Penelitian dilakukan di laboratorium Wageningen, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor pada Oktober 2016. Penelitian ini berupa pengujian alat berdasarkan simulasi yang dilakukan selama empat hari untuk mengetahui efisiensi sistem kerja alat sebelum diterapkan di lapangan. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah empat perangkat Raspberry Pi 3 yang termasuk case Raspberry Pi 3, kipas, modem, sim card, micro SD dan adaptor; empat buah sensor ultrasonik US-100; kabel; resistor dan mistar. Diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Analisis kebutuhan dan perancangan ditujukan untuk kebutuhan monitoring ketinggian air. Setelah itu, dilakukan persiapan alat dan bahan untuk menentukan komponen yang diperlukan dalam merakit sistem monitoring ketinggian air, diantaranya sensor ultrasonik, Raspberry Pi, modem serta komponen tambahan lainnya. Selanjutnya, dilakukan instalasi alat dengan merakit alat dan bahan yang telah tersedia. Di samping itu, dilakukan instalasi aplikasi android sebelum dilakukan ujicoba alat dan sistem monitoring. Pada tahap ini, dilakukan uji kalibrasi sensor guna mengurangi kesalahan pembacaan jarak. Pengujian alat dilakukan dengan dua tahap yaitu pengujian akurasi dan pengujian dalam penerimaan pesan oleh Android. Pengujian akurasi dilakukan dengan mengukur ketinggian air pada suatu kolam dengan alat ukur jarak (meteran) dan dibandingkan hasilnya dengan hasil pembacaan oleh sensor ultrasonik lalu dihitung nilai RMSE (Root Mean Square Error) untuk dilihat nilai kesalahannya. Perhitungan RMSE ditunjukkan pada Persamaan (1).

2

2

∑(𝑦𝑗 −𝑦𝑖 ) 𝑅𝑀𝑆𝐸 = √ 𝑛

(1)

Keterangan: yj : nilai perhitungan (cm) yi : nilai aktual (cm) n : banyaknya data nilai perhitungan Persiapan alat dan bahan

Analisis kebutuhan dan perancangan

Mulai

Instalasi alat dan aplikasi android

Berhasil Selesai

Evaluasi alat

Implementasi alat

Pengujian alat

Tidak berhasil Gambar 1. Diagram alir penelitian Evaluasi menyangkut penerimaan data secara otomatis oleh android. Jika salah satu hasil evaluasi tidak memenuhi syarat maka harus dilakukan perbaikan dan diuji kembali. Jika evaluasi berhasil, alat dapat diimplementasikan untuk selanjutnya dapat dilakukan pengambilan data. Sistem monitoring ketinggian muka air disimulasikan pada empat titik di kolam percobaan yang berbeda dan dapat dikendalikan dari jarak jauh. Ketinggian muka air

Sensor

Power Terkoneksi internet

Raspberry Pi

Ya Cloud server

Android

Tidak Gambar 2. Sistem kerja alat Gambar 2 menunjukkan sistem kerja alat untuk sistem monitoring ketinggian muka air. Pembacaan ketinggian air digunakan dengan sensor ultrasonik US-100. Sensor ultrasonik akan secara terus menerus memancarkan gelombang ultrasonik hingga menyentuh suatu objek dan akan diterima kembali oleh sensor sehingga didapat waktu tempuh dengan mencari selisih antara jarak sensor dengan air dan jarak sensor ke dasar kolam sehingga didapat nilai ketinggian muka air. Data ketinggian muka air yang terbaca oleh sensor akan dikirimkan ke Raspberry pi untuk dilakukan pengolahan data. Bahasa yang digunakan dalam pengontrolan Raspberry Pi adalah bahasa Phyton. Raspberry Pi membutuhkan power (suplai daya) secara kontinyu. Power dibutuhkan untuk menjaga agar Raspberry Pi tetap bekerja sesuai fungsinya. Data yang telah diolah kemudian dikirim ke cloud server untuk penyimpanan data. Pengiriman data membutuhkan koneksi internet yang stabil agar dapat ditampilkan pada aplikasi android. Cloud server dapat mengirimkan data ketika terdapat permintaan akses oleh user melalui aplikasi android. Aplikasi android dirancang dengan menggunakan software Android Studio 2.2 menggunakan bahasa pemrograman Java.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem monitoring ketinggian muka air melalui sistem android merupakan hasil komunikasi antara sensor ultrasonik (US-100) melalui mini komputer Raspberry Pi (Model B). Sensor adalah sebuah alat yang mampu mengubah besaran fisik seperti gaya, kecepatan perputaran dan penerangan menjadi besaran listrik yang sebanding, disebut juga alat elektronik yang bisa mengubah fenomena

3

alam sekitar menjadi sinyal elektronik (Mandarani 2014). Raspberry Pi Model B lebih mahal dibandingkan Model A namun memiliki beberapa kelebihan. Secara internal, termasuk dua kali memori di 512MB sementara eksternal terdapat tambahan port. Raspberry Pi Model B memiliki dua port USB pada sisi kanan papan dan menyediakan konektivitas untuk keyboard dan mouse. Selain itu, terdapat Ethernet port untuk menghubungkan Raspberry Pi ke jaringan kabel yang memungkinkan Raspberry Pi mengkases internet dan memungkinan perangkat pada jaringan untuk mengakses Raspberry Pi yang telah ditetapkan sebagai server (Pryama dan Aulia 2015). Raspberry Pi memiliki slot kartu SD yang bertindak sebagai media penyimpanan yang semuanya termasuk sistem operasi dan file lainnya disimpan dalam kartu SD. Port HDMI digunakan sebagai audio dan video output. Raspberry Pi membutuhkan catu tegangan 5V DC melalui micro USB (Giant et al. 2015).

Gambar 3. Rangkaian elektronik Raspberry Pi dan sensor ultrasonik Komunikasi antara Raspberry Pi dengan sensor ultrasonik dilakukan dengan menghubungkan vcc, trigger, echo, dan ground pada sensor. Rangkaian elektronik Raspberry Pi dan sensor ultrasonik ditunjukkan pada Gambar 3. Echo dan ground dihubungkan dengan resistor. Pada dasarnya module menggunakan tegangan sebesar 5V namun kondisi ini terlalu tinggi untuk masukan (input) GPIO yang hanya membutuhkan tegangan sebesar 3.3V. Oleh karena itu, untuk memastikan Raspberry Pi membutuhkan tegangan sebesar 3.3V dibutuhkan pembagi tegangan dengan menggunakan resistor (Matt 2012). Mulai Koneksi modem

Reboot Tidak

Terhubung Ya

Pengukuran ketinggian muka air

Simpan ke local database

Pengiriman ke AgnosThings Ya

Data terkirim Tidak Reboot Selesai

Gambar 4. Sistem Raspberry Pi ke cloud server 4

Raspberry Pi diprogram untuk dapat selalu terkoneksi ke internet. Hal ini dibutuhkan sebagai antisipasi koneksi internet yang tidak stabil. Apabila koneksi internet tidak stabil, Raspberry Pi akan melakukan reboot secara otomatis. Koneksi internet yang tidak stabil menyebabkan data tidak dapat terkirim ke cloud server. Raspberry Pi mengirimkan data hasil pembacaan ke cloud server (AgnosThings) dengan interval satu jam. Cloud server berfungsi sebagai tempat penyimpanan data dan dapat dilakukan pengambilan data ketika suatu saat dibutuhkan. Selain itu, pengiriman data juga dilakukan dan disimpan ke local database Raspberry Pi. Penyimpanan ini dilakukan untuk back up data apabila tidak ada koneksi internet dalam waktu yang lama. Apabila tidak dapat dilakukan pengiriman data ke cloud server, Raspberry Pi akan melakukan reboot. Raspberry Pi dapat dikontrol dan diatur dari jarak jauh melalui secure shell (SSH). SSH adalah protokol standar yang membentuk jalur aman pada komunikasi antar komputer. SSH digunakan untuk remote login dan menjalankan perintah pada komputer remote (Sakul et al. 2014). Rangkaian raspberry Pi dan sensor ultrasonik ini disimulasikan pada kolam percobaan untuk monitoring ketinggian muka air yang ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Arsitektur sistem monitoring ketinggian muka air Kalibrasi sensor dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier melalui pengukuran menggunakan alat ukur/mistar sampai dengan 200 cm yang diulangi sebanyak 6 kali pengulangan dengan interval waktu 10 detik. Analisis regresi bertujuan untuk mencari hubungan antara beberapa variabel ke dalam sebuah grafik dari persamaan matematis (Suastika et al. 2013). Hasil yang diperoleh merupakan hubungan antara variabel X (pembacaan sensor) dan Y (jarak aktual). Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara variabel diperlukan suatu hubungan yang menyatakan “kekuatan” relasi. Dalam statistik, ukuran tersebut diperoleh melalui suatu analisis korelasi. Ukuran korelasi tersebut yaitu koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (R) (Harinaldi 2005). Koefisien determinasi merupakan rasio variabel terjelaskan dengan variabel total (Harinaldi 2005) sedangkan koefisien korelasi adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan antar dua variabel (Suastika et al. 2013). 250 y = 1.0078x + 1.267 R² = 0.9995 R = 0.9997

200 150

jarak aktual (cm)

jarak aktual (cm)

250

100 50 0

y = 0.9903x + 0.6868 R² = 0.9997 R = 0.9998

200 150

100 50 0

0

40

80

120

160

200

0

pembacaan sensor (cm)

40

80

120

160

pembacaan sensor (cm)

(a)

(b) 5

200

250 y = 1.001x - 0.7259 R² = 0.9996 R = 0.9998

200 150

jarak aktual (cm)

jarak aktual (cm)

250

100 50 0

y = 1.0018x + 0.0519 R² = 0.9994 R = 0.9997

200 150 100 50 0

0

40

80

120

160

200

0

40

pembacaan sensor (cm)

80

120

160

200

pembacaan sensor (cm)

(c)

(d)

Gambar 6. (a) Kurva kalibrasi node 1, (b) node 2, (c) node 3 dan (d) node 4

Ketinggian muka air (cm)

Kalibrasi sensor dilakukan pada 4 node, yaitu node 1, node 2, node 3 dan node 4. Kurva kalibrasi sensor ditunjukkan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 6, diperoleh nilai R2 sebesar 0.9995 (a), 0.9997 (b), 0.9996 (c) dan 0.9994 (d). R2 sebesar 0.9995 (a) menunjukkan bahwa sekitar 99.95 persen variasi dari nilai variabel terikat dapat dijelaskan, artinya bahwa variasi tersebut dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel bebasnya (terdapat sekitar 0.05 persen variasi yang tidak terjelaskan dengan sebabsebab yang belum diketahui) dan nilai tersebut memiliki korelasi yang sangat tinggi (sebesar 0.9997). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Sudjana (2005) dalam Suastika et al. (2013) bahwa rentang nilai antara 0.90 sampai dengan 1 adalah korelasi yang sangat tinggi. Persamaan yang didapatkan melalui regresi linier digunakan untuk mendapatkan nilai pembacaan yang sesungguhnya. Selain itu dilakukan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE) untuk mengetahui perbedaan nilai pembacaan sensor dengan jarak sebenarnya. Hasil perhitungan RMSE diperoleh yaitu sebesar 2.46 cm pada node 1, node 2 sebesar 1.23 cm, node 3 sebesar 1.30 cm, dan node 4 sebesar 1.44 cm. 43

42.5 42 41.5 41 29 Okt

30 Okt

31 Okt

1 Nov

2 Nov

Tanggal

Ketinggian muka air (cm)

(a) 49

47 45 43 41 29 Okt

30 Okt

31 Okt

1 Nov

Tanggal

(b)

6

2 Nov

Ketinggian muka air (cm)

50 48 46 44 42 40 29 Okt

30 Okt

31 Okt

1 Nov

2 Nov

Tanggal

Ketinggian muka air (cm)

(c) 50 48 46 44 42 40 29 Okt

30 Okt

31 Okt

1 Nov

2 Nov

Tanggal

(d) Gambar 7. (a) Hasil monitoring ketinggian muka air node 1, (b) node 2, (c) node 3, (d) node 4 Hasil pembacaan ketinggian muka air selama empat hari pada keempat node ditampilkan pada Gambar 7. Pembacaan ketinggian muka air diatur dengan interval satu jam pada ketinggian sebesar 42 cm yang terbaca pada kolam (ketinggian aktual). Hasil pembacaan sensor pada keempat node memiliki nilai yang cukup stabil namun masih terdapat beberapa data yang memiliki hasil berbeda. Hal ini disebabkan adanya faktor gangguan teknis yang dapat terjadi akibat kesalahan pembacaan oleh sensor yang dapat terjadi suatu waktu.

Gambar 8. Tampilan aplikasi “WetLand” di android

7

Aplikasi “WetLand” adalah aplikasi android yang dirancang pada penelitian ini untuk monitoring ketinggian muka air. Aplikasi ini direncanakan untuk diterapkan di lahan basah dengan mengambil contoh lokasi di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Hasil penelitian adalah data yang dimunculkan pada Android dengan informasi berupa ketinggian muka air aktual, waktu pembacaan, lokasi dan peta serta grafik. Gambar 9 menunjukkan contoh hasil pembacaan sensor yang ditampilkan pada aplikasi “WetLand” pada tanggal 2 November 2016.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 9 (a) Hasil pembacaan pada aplikasi “WetLand” node 1, (b) node 2, (c) node 3, (d) node 4 Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan Raspberry Pi. Selain karena konsumsi dayanya yang lebih kecil dari sebuah personal computer, terdapat pin-pin GPIO yang dapat difungsikan sebagai input atau output yang dapat langsung dihubungkan dengan sensor atau komponen-komponen elektronika lainnya yang akan digunakan dalam sistem sehingga lebih mudah dalam hal perancangan perangkat lunak untuk sistem (Nataliana et al. 2014). Keunggulan sistem monitoring ketinggian muka air dengan menggunakan sistem android diantaranya adalah kemudahan dalam mengakses data serta mengurangi waktu dan biaya perjalanan ke lapangan. Selain itu, sistem android memiliki jangka waktu penyimpanan data yang lebih panjang. Selain keunggulan, sistem monitoring ini juga memiliki limitasi berupa faktor pengganggu seperti kehadiran serangga pada permukaan kolam dan faktor cuaca seperti hujan dan suhu yang ekstrem dapat menyebabkan ketidaktelitian sensor dalam pembacaan ketinggian muka air. Ketersediaan power (listrik) dan internet yang harus stabil juga menjadi limitasi pada sistem monitoring ketinggian muka air menggunakan Raspberry Pi dan sistem android.

KESIMPULAN Sistem monitoring ketinggian air dapat berfungsi dengan cukup baik. Sistem dapat membaca ketinggian air menggunakan sensor ultrasonik dengan memiliki ketinggian yang sangat tinggi yang dapat dilihat berdasarkan determinasi berkisar antara 99.94% hingga 99.97% dan korelasi berkisar antara 99.97% hingga 99.98%. Perbedaan nilai pembacaan sensor dengan jarak sebenarnya dengan menggunakan perhitungan Root Mean Square Error (RMSE) diperoleh nilai berkisar antara 1.23 cm hingga 2.46 cm. Aplikasi “WetLand” memberikan informasi berupa ketinggian muka air aktual, waktu pembacaan, lokasi dan peta serta grafik. Keunggulan sistem monitoring ini adalah kemudahan dalam akses data, mengurangi waktu dan biaya perjalanan ke lapangan dan waktu penyimpanan data yang lebih panjang. Limitasi pada sistem monitoring ini adalah adanya faktor pengganggu, faktor cuaca, ketersediaan power serta akses internet yang stabil. Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem monitoring menggunakan Raspberry Pi dan Android sangat efektif dan efisien dalam mengetahui tinggi muka air. 8

DAFTAR PUSTAKA Ariesty H., Lemercier B., Berthier L., Santoso R., Saptomo S.K. “Pemodelan lahan basah potensial berdasarkan indeks topografi di Bretagne, Prancis”. Keteknikan Pertanian. 2 (2014): 73-80. Das R.T., Pal S. “Spatial association of wetlands over physical variants in barind tract of West Bengal, India”. Wetlands Environemntal Management. 4 (2016): 103-115. Defni, Rahmayum I. “Enkripsi SMS (Short Message Service) pada telepon selular berbasis android dengan metode RC6”. Momentum. 16 (2014): 63-73. Giant R.F., Drajat, Sudjadi. “Perancangan aplikasi pemantau dan pengendali piranti elektronik pada ruangan berbasis web”. Transmisi. 17(2015): 70-75. Harinaldi. Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga, 2005. Ichwan M., Hakiky F. “Pengukuran kinerja Goodreads Application Programming Interface (API) pada aplikasi mobile Android (studi kasus untuk pencarian data buku)”. Informatika. 2 (2011):13-21. Maltby E. Waterlogged wealth – Why waste the world’s wet places?. London (UK): Earthscan, 1986. Mandarani P. “Perancangan dan implementasi user interface berbasis web untuk monitoring suhu, kelembaban dan asap pada ruangan berbeda dengan memanfaatkan jaringan Local Area Network”. TEKNOIF. 2 (2014): 37-42. Matt. “Ultrasonic Distance Measurement Using Python – Part 1.” December 30, 2012. Accessed November 1,2016. http://raspberrypi-spy.co.uk/2012/12/ultrasonic-distance-measurement-using-python-part-1/. Nataliana D., Syamsu I., Galih G. “Sistem monitoring parkir mobil menggunakan sensor infrared berbasis Raspberry Pi”. ELKOMIKA. 2 (2014): 68-84. Pryama D., Aulia A. “Sistem monitoring ruangan berbasis Raspberry Pi dan Motion”. Poli Rekayasa. 10 (2015): 24-35. Sakul A.S., Rumagit A.M., Sugiarso B.A. “Studi performa PC Cluster”. Teknik Elektro dan Komputer. 3 (2014): 32-40. Shadiq H.M., Sudjadi, Darjat. “Perancangan kamera pemantau nirkabel menggunakan Raspberry Pi Model B”. Transient. 3 (2014): 546-551. Suastika K.G., Nawir M., Yunus P. “Sensor ultrasonik sebagai alat pengukur kecepatan aliran udara dalam pipa”. Pendidikan Fisika Indonesia. 9 (2013): 163-172. Triana. “Pertemuan Regional Asia Konvensi Ramsar November 2011 dan Persiapan Conference of the Parties (COP) XI Juni 2012 di Rumania”. Warta Konservasi Lahan Basah Wetlands International-Indonesia. 20 (2012): 8-9.

9

Copyright © 2024 DOKUMEN.SITE Inc.