PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN: KONSEPTUAL DAN STUDI KASUS PEMBANGUNAN TTP KOTA JANTHO

June 13, 2018 | Author: Dr. Rachman Jaya | Category: Documents


Comments



Description

PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN: KONSEPTUAL DAN STUDI KASUS PEMBANGUNAN TTP KOTA JANTHO Rachman Jaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, Jl. Panglima Nyak Makam No.27 Lampineung, Banda Aceh. Email: [email protected] ABSTRAK Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP) merupakan salah satu program pembangunan sektor pertanian pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang dituangkan pada Nawacita. Pada dasarnya, TTP merupakan wahana yang dapat digunakan oleh pelaku, dalam hal ini fokus pada sektor pertanian untuk mengembangkan bisnis berbasis komoditas pertanian melalui hilirisasi inovasi-inovasi hasil penelitian, pelatihan, magang dan inkubasi bisnis bagi pelaku dan calon (tenan) pebisnis di kawasan TTP. Tujuan dari kajian ini adalah memberikan gambaran aktual konseptual TTP dan mendeskripsikan pembangunan TTP Kota Jantho sebagai ilustrasi. Konseptual ditelaah dari berbagai pustaka yang relevan, sedangkan pada studi kasus diungkapkan hasil pembangunan TTP Kota Jantho dari proses inisiasi sampai dengan kondisi terkini, yaitu pada tahun kedua pembangunan. Hasil telaah menunjukkan bahwa umumnya yang dimaksud dengan TTP atau TSP adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat fasilitas infrastruktur, sumberdaya manusia berbasis Ipteks (akademisi, lembaga litbang dan R and D perusahaan), pemerintahan dan masyarakat (wirausaha, tenan). Proses yang terjadi umumnya adanya penciptaan teknologi oleh akademisi, litbang dan R and D yang kemudian dihilirkan oleh perusahaan dengan fasilitas pembiayaan oleh perbankan, sedangkan infrastruktur dan kebijakan oleh pemerintah daerah. Teknologi yang digunakan umumnya berbasis teknologi tinggi dan padat modal. Spesifik untuk TTP di Indonesia, diarahkan untuk pencapaian program ketahanan pangan, sehingga teknologi yang diaplikasikan berbasis komoditas dan daya dukung kewilayahan. Demikian juga dengan TTP Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar yang berbasis komoditas padi sawah, hortikultura dan peternakan. Kata Kunci: Taman Teknologi Pertanian, Nawacita, Ketahanan Pangan, Kota Jantho.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

723

PENDAHULUAN Pasca terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla segera menyusun agenda pembangunan yang kemudian disebut dengan Nawacita. Point ke-6 dan ke-7 dari Nawacita tersebut menyatakan bahwa akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dan akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik. Secara teknis kedua point tersebut dijabarkan pada program pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) dan Taman Sains Pertanian (TSP) melalui penguatan inovasi teknologi dan kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional, khususnya pada sub sektor pertanian. Tujuan akhir dari program ini adalah tercapainya kemandirian pangan nasional (Jokowi dan Kalla, 2014). Agar lebih spesifik, tulisan ini hanya fokus kepada TTP. Pada tahun 2015, telah dibangun 16 TTP lingkup Kementerian Pertanian, dalam hal ini dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan, 2015). Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya berbasis kepada beberapa TSP yang sudah eksis di beberapa negara, misalnya adalah Silicon Valley dan Boston Route di Amerika Serikat, Silicon Fen di United Kingdom, Thiruvananthapuram dan Hyderabaddi India, Zurich di Swiss, Daegu di Korea Selatan, METU dan Bilken Cyber Park di Turki, Shanghai di China, Gliwice di Polandia, Bandung dan Solo Techno Park, serta beberapa techno park di Amerika Selatan (Biswas, 2004; Seo, 2006; Hulsink dan Dons, 2008; Zeng et al., 2011; Spolidoro, et al. 2011;Kosmol dan Kotra, 2012). Inti dari TTP adalah adanya hubungan berbasis inovasi teknologi (Bozzo et al., 1999; Abidin et al., 2013; Altunoğlu dan Gürel, 2015) termasuk juga pada bidang keilmuan bioteknologi (Zhang dan Wu, 2012), pengetahuan masyarakat (Rasyidi dan Kayode, 2011) dan rencana bisnis (Seo, 2006) yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian regional dan daya saing bangsa (Zeng et al.,

724

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

2011; Soenarso, 2011; Soenarso et al., 2013) karena melibatkan wirausaha dan calon wirausaha (Bank dan Kanda, 2015). Dalam hal ini tentunya juga mempertimbangkan aspek teknik sipil karena berhubungan erat dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan seperti pembangunan miniplant, jaringan irigasi, jalan usahatani (Stankovic et al., 2009). Dari sisi teknis pembangunan TTP setidaknya (Gambar 1) melibatkan empat elemen (triple helix) yaitu: pemerintah daerah, akademisi, komunitas dan swasta (Leydesdorff dan Etzkowitz, 1998; Carayannis et al., 1998; Etzkowitz et al., 2007; Balitbangtan, 2015). Dari aspek yang lain pembangunan TTP juga membahas masalah pembiayaan, kerjasama (join venture), intellectual property dan lisensi (Lee et al. 2009; Narasimhalu, 2013).

Gambar 1. Konseptual Pembangunan TSTP (Balitbangtan, 2015) adaptasi dari Soenarso (2011; Spolidoro et al. 2011; Soenarso et al. 2013)

Berdasarkan sisi internal Balitbangtan, pembangunan TTP bertujuan sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

725

Selain itu juga sebagai pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis bagi masyarakat luas. Fakta ini menunjukan bahwa secara kelembagaan Balitbangtan telah secara jelas mengintroduksi sistem pembangunan TTP berbasis model triple helix yang secara detail (Gambar 2) diilustrasikan oleh Gibson dalam Seong (2010). Pada ilustrasi tersebut dapat dijelaskan bahwa pembangunan TTP berbasis kepada kreativitas yang merupakan domain dari pencetak (invensi) teknologi seperti balai penelitian komoditas serta perguruan tinggi melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dibangun tentunya membutuhkan metode yang secara umum mencakup proses, mekanisme dan metrik. Basis ini pada dasarnya adalah aplikasi dari pendekatan sistem (Parnell et al., 2011) yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode IDEF family (Suharman, 2014).

Gambar 2. Sistem triple helix yang menjadi konsep pembangunan TTP

Kajian ini bertujuan menentukan konseptual (state of the art) dalam pembangunan TTP dan mengaplikasikan pada

kegiatan Pembangunan

TTP Kota Jantho. Pembangunan TTP Kota Jantho Pada Balitbangtan

tahun

anggaran

mendapat

2015,

mandat

Kementerian

untuk

Pertanian

membangun

melalui

sejumlah

TTP

(Balitbangtan, 2015). Pembangunan dilaksanakan di beberapa provinsi

726

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

di seluruh Indonesia, sebagai komitmen Presiden dan Wakil Presiden untuk membangun pertanian berbasis inovasi dalam rangka pencapaian kemandarian pangan nasional (Jokowi dan Kalla, 2014). Salah satu provinsi yang mendapat mandat pembangunan TTP adalah Provinsi Aceh, melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh, sebagai institusi vertikal Kementerian Pertanian di daerah (Jaya et al., 2015). Secara teknis, proses pembangunan TTP Kota Jantho melibatkan lintas instansi dan lintas komoditas (Gambar 3). Pengertian lintas instansi mengacu kepada konsep triple helix, sedangkan lintas komoditas mengacu kepada komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu padi, ternak (sapi) dan hortikultura (Jaya et al., 2015). Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan TTP yang harus berbasis kepada potensi lokal (Bozzo, 1999) melalui proses transfer teknologi, baik teknologi teknis maupun sumberdaya manusia (Rasyidi dan Kayode, 2011). Penggalian potensi ini diwujudkan dengan melakukan kegiatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Baseline Survey, yang pada intinya adalah identifikasi kebutuhan masing-masing pelaku terhadap kegiatan pembangunan TTP Kota Jantho (Eriyatno, 1998). Baru kemudian dipertajam melalui beberapa putaran (roundtable) Focus Group Discussion (Dancker et al., 2011). Pembangunan TTP Kota Jantho dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan sistem, karena melibatkan lintas sektoral dan lintas komoditas, sehingga kompleksitas yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kompleksitas yang dimaksud berhubungan erat dengan potensi konflik masing-masing pelaku (Marimin, 2004; Marimin, 2009; Jaya et al., 2011). Berdasarkan kajian demikian, maka sangat penting pendekatan yang digunakan dalam pembangunan TTP Kota Jantho adalah pendekatan Sistem yang bersifat holistik, berorientasi tujuan dan lebih mementingkan efektivitas dibandingkan efisiensi (Jackson et al., 2004). Potensi konflik dapat digambarkan sebagai risiko yang dapat menyebabkan kegagalan program (Jaya et al., 2014). Dari sisi operasional, faktor risiko ini telah dimitigasi dengan penerbitan SK struktur pelaksanaan kegiatan TTP Kota Jantho yang berisi tugas dan fungsi Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

727

masing-masing stakeholder yang terlibat dalam pembangunan TTP Kota Jantho.

Gambar 3. Konseptual Framework Pembangunan TTP Kota Jantho

Secara teknis, yang menjadi penciri dari TTP Kota Jantho adalah sistem bioindustri berbasis komoditas padi dan ternak (Jaya et al., 2015). Konseptual pembangunan sistem pertanian bioindustri pada dasarnya adalah suatu wahana diseminasi inovasi teknologi pertanian dan sebagai media pengkajian partisipatif yang tentunya mengaplikasikan kegiatan penelitian untuk pembangunan (Balitbangtan, 2015). Pada konteks kewilayahan (Prov. Aceh) sistem pertanian bioindustri sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembangunan TTP Kota Jantho. Simatupang (2014) menyatakan bahwa sistem pertanian bioindustri adalah wahana yang dalam pengoperasiannya menggunakan biomassa sebagai bahan baku, mikroorganisme atau bioenzim yang disintesa untuk dijadikan produk pangan, pakan dan energi. Dalam hal ini sistem bioindustri yang dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho (Gambar 4) berbasis padi dan ternak (sapi) yang di dalamnya mencakup pengembangan komoditas hortikultura, perikanan dan jamur merang.

728

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Fungsi Pelatihan dan Konsultasi Bisnis Konseptual pembangunan TTP pada dasarnya tidak hanya mengacu kepada inovasi teknologi, tetapi juga pada fungsi pelatihan bagi calon pengusaha muda (tenant) dan sebagai media konsultasi bagi pelaku bisnis di kawasan dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian regional (Zeng et al., 2011). Secara teknis, fungsi TTP Kota Jantho sebagai media pelatihan bagi calon pengusaha muda di kawasan diwujudkan melalui pelatihan pembentukan koperasi (aspek kelembagaan) bekerjasama dengan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Aceh Besar. PLUT merupakan lembaga bentukan Kementerian Koperasi dan UKM yang bertujuan memberikan pelayanan dan pendampingan bagi calon pelaku bisnis (www. PLUT.or.id) Dalam hal ini tidak salah jika Balitbangtan menetapkan salah satu indikator keberhasilan pembangunan TTP adalah jumlah pewirausaha muda di bidang pertanian. Demikian juga dengan konsultasi bisnis yang dikemukakan oleh pelaku bisnis bidang pertanian di kawasan, sampai dengan saat ini umumnya konsultasi bisnis didominasi oleh pelaku bisnis penyediaan benih padi bersertifikat. Aspek Legalitas Dalam pembangungan TTP Kota Jantho terdapat beberapa kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh tim pelaksana. Hal ini disebabkan lahan yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur adalah lahan milik pemerintah daerah (Balitbangtan, 2015), dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Sebelum dilaksanakan pembangunan fisik, telah dilakukan penandatangan nota kesepahaman (MOU) antara Balitbangtan dengan Pemkab Aceh Besar, akan tetapi MOU ini belum menyangkut aspek teknis pelaksanaan, sehingga sangat diperlukan dokumen legal sebagai turunan dari MOU yang telah dilaksanakan. Beberapa dokumen legalitas TTP Kota Jantho yang telah dibuat antara lain: Surat Keputusan Bupati Kabupaten Aceh tentang penunjukan lokasi TTP Kota Jantho, Surat Keterangan Penggunaan Lahan, sedangkan Surat Keputusan mengenai struktur organisasi TTP Kota Jantho masih dalam proses.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

729

Aspek legalitas menjadi sangat penting karena sesuai dengan pedoman umum (Pedum) pembangunan TTP, seluruh aset yang telah dibangun akan diserahkan ke pemerintah daerah. Legalitas yang dimaksud dalam kajian ini adalah dokumen-dokumen yang diperlukan pada saat proses penyerahan asset harus dalam kondisi legal (clear and clean), sehingga proses penyerahan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Secara spesifik, dalam tataran operasional dibutuhkan harmonisasi antara pihak-pihak yang terlibat, terutama adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lingkup Kabupaten Aceh Besar (Tahir et al., 2015).

Gambar 4. Forrester diagram Sistem Pertanian Bioindustri berbasis padi-ternak di Kawasan TTP Kota Jantho

730

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Pembangunan Infrastruktur Untuk mencapai tujuan dari pembangunan TTP, diperlukan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan

pelaksanaan TTP Kota

Jantho (Stankovic et al., 2009). Tentunya yang harus diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur di kawasan TTP Kota Jantho, harus sesuai dan menunjang pengembangan bisnis TTP itu sendiri. Infrastuktur yang dibangun di kawasan TTP Kota Jantho antara lain saluran irigasi tersier, jalan usahatani, laboratorium diseminasi, pasca panen, kantor manajemen TTP Kota Jantho, Screen House, toko tani, pagar sekeliling inti TTP, gapura, tempat pengolahan pupuk organik dan kandang sapi. Dalam hal ini termasuk juga kesesuaian dengan inovasi teknologi yang akan diaplikasikan. Konsep pembangunan infrastruktur di TTP Kota Jantho mengacu kepada sistem pertanian berbasis bioindustri yang memanfaatkan by product dari suatu komoditas pertanian ke komoditas lainnya atau komoditas yang sama, sehingga terbentuk closed system. Dengan basis komoditas padi, ternak dan hortikultura tentunya sangat dimungkinkan untuk membangun TTP Kota Jantho berbasis sistem ini. Selain pembangunan fisik, sebagai penunjang juga dilakukan pengadaan beberapa alat dan mesin pertanian, seperti traktor, combine harvester, biodigester, rice milling unit (RMU) dan beberapa alat pasca panen. Secara teknis fasilitas infrastruktur mendukung aspek penelitian partisipatif dan inovasi teknologi pertanian. Diseminasi Inovasi Teknologi Pada tahun pertama pembangunan TTP Kota Jantho, selain pembangunan infrastruktur hal terpenting adalah pembangunan aspek pengetahuan bagi petani (knowledge transfer) dan pelaku lainnya yang terlibat langsung dalam kegiatan (Hulsink dan Dons, 2008). Kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian mengacu kepada tiga komoditas utama (Tabel 1), yaitu padi, hortikultura dan ternak (Jaya et al., 2015). Kegiatan dilakukan di kawasan TTP Kota Jantho, dengan luas lahan mencapai 400 Ha, secara Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

731

partisipatif yang bermakna bahwa petani kooperator yang melaksanakan secara penuh dengan pendampingan teknis oleh tim peneliti Balitbangtan, yaitu peneliti dari balit-balit komoditas, BPTP Aceh dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian Kota Jantho. Tabel 1. Inovasi teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2015 No.

Komoditas

Inovasi Teknologi

1.

Padi Sawah

Uji performa 14 Varietas Unggul Baru (VUB): Ciherang (kontrol), Inpari 1,6,9,11,16,19,23,30,32, Cigeulis, Sidenuk, Inpari Blast dan Inpari HDB. Paket teknologi yang digunakan adalah penggelolaan tanaman terpadu (PTT). Uji cita rasa (sensory test). Penguatan calon penangkar benih.

2.

Ternak

Introduksi model kandang komunal Introduksi rumput unggul dan leguminosa

3.

Hortikultura

Introduksi tanaman sayuran sesuai Good Agriculture Practices (GAP). Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD)

4

Perikanan

Introduksi budidaya ikan berbasis minapadi.

Basis dasar dari kegiatan diseminasi inovasi teknologi pertanian di kawasan TTP Kota Jantho melalui intervensi teknologi. Uji performa bertujuan untuk menentukan VUB yang adaptif untuk dikembangkan di kawasan.

Dikarenakan dasar kegiatan adalah pengembangan, bukan

kepada penelitian/pengkajian maka keluaran dari kegiatan lebih difokuskan kepada produktivitas tanaman dan aspek penerimaan konsumen, yaitu dari sisi rasa, aroma dan penampakan. Selain itu pada komoditas padi, juga fokus kepada penguatan calon penangkar. Fokus kegiatan ini nantinya menjadi input untuk proses bisnis dengan produk beras premium dan penyediaan benih sumber (Jaya et al., 2015). Demikian juga pada komoditas ternak dan hortikultura.

732

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Perencanaan Bisnis Salah satu indikator utama dalam kegiatan pembangunan TTP adalah terjadinya proses bisnis yang berpotensi meningkatkan perekonomian wilayah (Zheng et al., 2011; Gonchigsumlaa dan Flores, 2015). Perencanaan bisnis adalah suatu rangkaian proses bisnis yang telah tertuang dalam rencana aksi (blue print) menyangkut aspek visi, bahan baku, produk, finansial, pasar, pesaing, teknis produksi, pemasaran, risiko usaha dan konsumen. Dalam pembangunan TTP Kota Jantho yang memiliki potensi bisnis adalah usaha penyediaan benih sumber padi bersertifikat, beras premium dan penyediaan sayuran segar (Jaya, 2015). Basis dasar penyediaan benih sumber padi bersertifikat adalah adanya potensi pasar benih padi. Saat ini kebutuhan benih padi bersertifkat untuk Kabupaten Aceh Besar mencapai 5.000 ton/ tahun, sedangkan yang mampu disediakan oleh pasar lokal hanya sekitar 2.000 ton/tahun, sehingga masih terbuka ceruk pasar sekitar 3.000 ton/ tahun, yang saat ini umumnya dipenuhi dari Provinsi Sumatera Utara. PENUTUP Pembangunan TTP Kota Jantho merupakan salah satu wujud nyata dari program Nawacita Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Sudah sepantasnya Indonesia, secara khusus Provinsi Aceh memiliki TTP karena basis ekonomi provinsi ini adalah sektor pertanian, terutama padi dan tanaman perkebunan. Pembangunan TTP bercirikan inovasi dan bisnis, sehingga nantinya mampu menggerakkan perekonomian wilayah, minimal di kawasan Kota Jantho. Melalui peningkatan jumlah wirausaha yang dilatih di TTP, selain itu hal yang sangat penting adalah pemberdayaan petani dan pelaku bisnis lokal, karena nantinya yang menjadi motor penggerak TTP Kota Jantho sampai mandiri adalah pelaku yang ada di kawasan tersebut. Secara teknis, setelah tiga tahun pengelolaan, seluruh aset akan diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar. Dengan demikian, pengelola TTP berbasis sumberdaya lokal telah dapat mandiri.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

733

UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada tim peneliti Balitbangtan yang mencakup Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biongen), Balai Besar (BB) Penelitian Padi, Sukamandi, Balai Penelitian Tanah, Balai Penelitian Buah Tropika, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Informasi Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) Kota Jantho, Bapak Bupati Kabupaten Aceh Besar, Bapak Sekretaris daerah Kabupaten Aceh dan Kepala SKPD lingkup Kabupaten Aceh Besar atas bantuan, penyediaan fasilitas dan dukungan pembangunan TTP Kota Jantho.

DAFTAR PUSTAKA Abidin, R., Abdullah, CS., Hasnan, N., Mohtar, S., Osman, NH. 2013. The Impact of Technology Parks Services on the High Technology Industry: A Case Study on Kulim Hi-Tech Park. Conference Paper, Entrepreneurship Vision 2020: Innovation, Development Sustainability, and Economic Growth: 1147-1154. Altunoğlu, AE., Gürel, EBB. 2015. Effects of Leader–Member Exchange and Perceived Organizational Support on Organizational Innovation: The Case of Denizli Technopark. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 207: 175 – 181. Badan Urusan Logistik (Bulog). 2015. Bisnis Komoditi, Beras Premium DN dan LN. www.Bulog.co.id. [diunduh 28 Januari 2016]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). 2015. Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian. IAARD Press. -------------------------. 2015. Pedoman Umum Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri. IAARD Press.

734

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Bank, N., Kanda, W. 2015. Sustainability Profiled Incubators-Process for Recruiting and Supporting Tenants. Proceeding of the XXVI ISPIM Conference – Shaping the Frontiers of Innovation Management, Budapest, Hungary on 14-17 June 2015. Bank Indonesia Regional Aceh. 2013. Perkembangan Ekonomi Makro Aceh. www.bi.go.id, di akses 4 April 2015. Bappeda Kota Banda Aceh. 2014. Statistik Kota Banda Aceh. Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social Change, 71:823-835. Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Sosioeconomic Development through Technology Transfer: Technopolis Novus Ortus. Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM dan Allbritton MM. 1998. HighTechnology Spin-Off from Government R&D Laboratories and Research Universities. Technovation in Press. Dancker DL. Daamena, Terwela BW, Morsa ET, Reinerb DM, Schumann D, Anghel S, Et al. 2011. Scrutinizing the impact of CCS communication on opinion quality: Focus Group Discussions versus InformationChoice Questionnaires: Results from experimental research in six countries. Energy Procedia, 4: 6182–6187. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen. Bogor: UIPB-Press. Etzkowitz, H., Dzisah, J., Ranga, M., Chou, C. 2007. The Triple Helix Model of Innovation. Tech Monitor, 14-23. Gonchigsumlaa, G., Flores, M. 2015. Valuation of Contribution of Ecosystem Services of the Orkhon Valley National Park to Sectoral Economic Development. Ministry of Environment, Green Development and Tourism of Mongolia, UNDP and GEF. Hulsink, W., H. Dons (Eds.). 2008. Pathways to High-Tech Valleys and Research Triangles. Innovative Entrepreneurship, Knowledge Transfer and Cluster Formation in Europe and the United States. Springer. Jackson SB, Mauldin EG, Wilcox WE, Kruse DL. 2004. The Effect of Corporate restructuring charges on employer contributions to Profit sharing plans. Journal of Accounting andPublic Policy, 23: 247–278.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

735

Jaya R, Machfud, Ismail M. 2011. Aplikasi teknik ISM dan ME-MCDM untuk identifikasi posisi pemangku kepentingan dan alternatif kegiatan untuk perbaikan mutu Kopi Gayo. J. Tek. Ind. Pert., 21 (1): 1-8. Jaya, R., Mulya, K., Ilham, N., Abu Bakar, B., Mirza, I., et al. 2015. Penentuan Komoditas Unggulan Pada Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho, Provinsi Aceh Melalui Focus Group Discussion. Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Standarisasi Industri V, Banda Aceh 11-12 November 2015. Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Jaya, R., Machfud, Raharja, P., Marimin. 2014. Analisis dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok Kopi Gayo Berkelanjutan dengan Pendekatan Fuzzy. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24 (1) : 61-71. Jaya, R. 2015. Grand Design Pembangunan Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho. Belum dipublikasi. Jokowi, Kalla J. 2014. Visi, Misi dan Program Aksi. Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkpribadian. www.KPU. go.id. diakses 23 Juli 2015. Leydesdorff, L., Etzkowitz, H. 1998. The Triple Helix as a Model for Innovation Study, Science & Public Policy, 25 (3): 195-203. Lee, S., Yoon, B., Lee, C., Park, J. 2009. Business Planning Based on Technological Capabilities: Patent Analysis for Technology-Driven Roadmapping. Technological Forecasting & Social Change, 76 : 769–786. Marimin, 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk: Teknik dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Grasindo. ______, 2009. Sistem Pakar dalam teknologi manajerial: Teori dan aplikasi. Bogor: IPB-Press. Narasimhalu, AD. 2013. CUGAR: A Model for Open Innovation in Science and Technology Parks. World Technopolis Review (WTR) 2 (1): 1-11. Research Collection School of Information Systems. Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New Jersey.

736

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Rasyidi, H., Kayode, O. 2011. The Role of Built Environment in Developing Sustainable HighTech Parks: Establishment of Physical Development and Knowledge Community Needs. Proceeding of International Conference on Science and Technology Parks 15th ASPA Annual Conference / IASP Asian Division Conference, ISFAHAN. Seo, JH. 2006. The Korean Techno-Park as the Hub of Sub-National Innovation System: Case of Daegu Techno-Park. Paper Prepared for National Workshop on Sub National-Innovation System and Technology Building Policy to Enhance Competitive. 21-22 December 2006, Kanthmandu, Nepal. Simatupang, P. 2014. Perspektif Sistem Pertanian Biondustri Berkelanjutan. Dalam Haryono, dkk (penyunting). Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press. Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park di Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek dan Inovasi Tanggal 26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI. Soenarso, WS., Nugraha, D., Listyaningrum, E. 2013. Development of Science and Technology Park (STP) in Indonesia to Support Innovation-Based Regional Economy: Concept and Early Stage Development. World Technopolis Association (WTR), 2: 32-42. Suharman, Sukardi, Honggokusumo, S., Suryani, A. 2014. Analisis Potensi Pengembangan Industri Barang Jadi Karet di Sumatera Selatan. [disertasi] Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Spolidoro, RM., Cortes, P., Galian, CE. Cerione A., Inta, Zorzi, I. et al. 2011. Innovation Habitats and Regional Development driven by the Triple Helix: Perspectives from a South American School of Thought and Action Stankovic, I., Gosic, M., Trajkovic, S., 2009. Forming of Science and Technology Park as an Aspect of Civil Engineering. Architecture and Civil Engineering, 7 (1) 57-64. Tahir, R.Sintaningrum, Maulina, E., Rizal, M., Nurasa, H., Heryadi, RD., Bekti, H. 2015. Harmonization Of Global Governance Oriented Policies Through The Development Plan Science and Technology Park In Jatinangor of Education Strategic Area. Proceeding, International Conference on Democracy and Accountability (ICoDA). Surabaya, 10 November 2015.

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian: Konseptual dan Studi Kasus Pembangunan TTP Kota Jantho

737

Wasson CS. 2006. System Analysis, Design, and Development concepts, principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Zhang, F., Wu, F., 2012. Fostering Indigenous Innovation Capacities: The Development of Biotechnology in Shanghai’s Zhangjiang High-Tech Park. Urban Geography, 33 (5): 728-755. Zheng, G., Liefner I., Si Y. 2011. The Role of High Tech in China Regional Economy: Empirical Evidence from IC Industry in The Zhangjian High-Tech Park, Shanghai. Erkunde, 65 (1) 43-45.

738

TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI

Copyright © 2024 DOKUMEN.SITE Inc.