Laporan Praktikum Kfa 7 Antibiotik Neneng

June 16, 2018 | Author: Nengathabbibah | Category: N/A


Comments



Description

LAPORAN PRAKTIKUM IIIKIMIA FARMASI ANALITIK 1 (KFA 1) GOLONGAN ANTIBIOTIK, ANTIHISTAMIN, DAN BARBITAL Disusun oleh Neneng Mustikasari (31111089) Farmasi 3B PROGRAM STUDI S-1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2013 A. NomorPraktikum : 07 B. Hari/TanggalPraktikum : Kamis/ 31 Oktober 2013 C. JudulPraktikum :Identifikasi Golongan Antibiotik, Antihistamin, dan Barbital D. TujuanPraktikum :  Untuk mengidentifikasi senyawa antibiotic, antihistamin, dan golongan barbital secara kualitatif dalam suatu sampel sediaan.  Untuk mengetahui cara pemisahan analit dari matriksny. E. DasarTeori Antibiotik Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkn dalam pengobatan modern. Antibiotic adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Pencarian antibiotic telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Meskipun adal lebih dari 100 macam antibiotic, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotic saja, sehingga mudah dikelompokan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotic, salahsatunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotic dikelompokkan sebagai berikut: 1. Golongan aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. 2. Golongan beta-laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksin, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksilin). 3. Golongan glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin, dekaplanin. 4. Golongan poliketida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritomisin, roksitomisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). 5. Golongan polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. 6. Golongan kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. 7. Golongan streptogramin Diantaranya prystinamisin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin- dalfopristin. 8. Golongan oksazolidinon Diantaranya lenizolid dan AZD263. 9. Golongan sulfonamide Diantaranya kotrimoksazol dan trimetropin. 10. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin, dan asam fusidat. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotic secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotic dikelompokkan sebagai berikut : a. Mengganggu sintesa dinding sel, seeprti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin. b. Mengganggu sinstesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol,makrolida, tetrasiklin, gantamisin. c. Menghambat sintesa folat, seperti sulfanamida dan trimetroprin. d. Menghambat DNA, seeprti metronidasol, kinolon, novobiosin. e. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin. f. Mengganggu fungsi membrane sel, seperti polimiksin B, gramisidin. Antihistamin Histamin adalah suatu senyawa amina yang didalam tubuh dibentuk dari asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase. Hampir semua organ dijaringan tubuh mengandung histamin itu. Zat tersebut terdapat terutama dalam sel-sel tertentu yaitu mastcell, dalam keadaan terikat dan tidak aktif. Histamin dapat dibebaskan dari ikatan nya dalam bermacam-macam faktor antara lain reaksi alergi, luka-luka berat, sinar UV dari matahari, racun ular dan tawon, enzim proteolitik serta beberapa macam obat-obatan (opiat, tubokurarin, klordiazepoksida). Efek histamin Terdapatnya histamin (aktif) berlebihan didalam tubuh, meninbulkan efek antara lain : 1. Kontraksi otot polos bronchi, usus dan uterus. 2. Vasodilatasi semua pembuluh darah, dengan akibat hipotensi. 3. Memperbesar permeabilitas kapiler, yang berakibat udema dan pengembangan mukosa 4. Memperkuat sekresi kelenjar ludah, air mata dan asam lambung. 5. Stimulasi ujung saraf dengan akibat erytema dan gatal-gatal. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah cukup kecil, hanya kira- kira 50 mcg/l, sehingga tidak menimbulkan efek seperti tersebut diatas. Baru bila mastcell pecah, histamin terlepas demikian banyak sehingga efek tersebut menjadi nyata. Kelebihan histamin dalam darah diuraikan oleh enzim histaminase yang juga terdapat didalam jaringan. Dalam pengobatan , untuk mengatasi efek histamin digunakan obat antihistaminika. Antihistamin Adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. Atas dasar jenis reseptor histamin, dibedakan dua macam antihistaminika, yaitu : 1. Antihistaminika H1 (H 1 blocker) Zat ini menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus dan uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh darah (vasodilatasi dan naiknya permeabilitas). Kebanyakan antihistaminika termasuk kelompok ini. Selain daya antihistaminika, obat-obat ini kebanyakan memiliki khasiat lain yaitu antikolinergik, menekan SSP dan beberapa di antaranya antiserotonin dan lokal anestesi. Berdasarkan efek tersebut, antihistaminika ini banyak digunakan untuk mengatasi bermacam-macam gangguan, antara lain asma yang bersifat alergi, “hay fever” (reaksi alergi terhadap misalnya serbuk sari bunga ), sengatan serangga (lebah), uriticaria, kurang nafsu makan, mabuk perjalanan, Parkinson dan sebagai sedativ hipnotika. 2. Antihistaminika H 2 (H 2 blocker) Menekan reseptor H 2 dengan efek terhadap hipersekresi asam klorida dan untuk sebagian terhadap vasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat yang termasuk golongan ini adalah Simetidin dan Ranitidin. Penggolongan Antihistamin Menurut struktur kimianya antihistaminika dapat dibagi dalam beberapa kelompok : R1 R X C C N R2 1. Turunan Etanolamin (X=O) Meliputi Difenhidramin, Dimenhidrinat, Klorfenoksamin, Karbinoksamin dan Feniltoloksamin. Kelompok ini memiliki daya kerja seperti Atropin (antikolibergik) dan bekerja terhadap SSP(sedative) 2. Turunan Etilendiamin (X=N) Diantaranya Antazolin,Tripelamin,Klemizol dan Mepirin. Kelompok ini umumnya memiliki daya sedative lemah. 3. Turunan Propilamin (X=C) Diantaranya Feniramin, klorfeniramin, bromfeniramin dan triprolidin. Kelompok ini memiliki daya antihistaminica kuat. 4. Turunan Piperazin Meliputi Siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, Sinarizin, Flunarizin. Umumnya bersifat long acting. 5. Turunan Fenotizin Meliputi Prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, metdilazin. Efek antihistamin dan antikolinergiknya tidak begitu kuat, berdaya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis karena juga berefek meredakan batuk, maka sering digunakan dalam obat batuk. 6. Turunan Trisiklik Lainnya Meliputi Siproheptadin, Azatadin, Pizotifen. Mempunyai daya antiserotonin kuat dan menstimulir nafsu makan, maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan. 7. Zat-zat non sedative Yaitu Terfenadin dan astemizol. Memiliki daya anti histaminika tanpa efek sedative. 8. Golongan Sisa Yaitu Mebhidrolin, Dimetinden, Difenilpiralin. Obat - Obat Tersendiri 1. Difenhidramin Disamping khasiat antihistaminikanya yang kuat, juga bersifat sedatif, antikolinergik, spasmodic, antiemetik dan antivertigo.Banyak digunakan dalam obat batuk, disamping itu juga digunakan sebagai obat mabuk perjalanan, anti gatal-gatal karena alergi dan obat tambahan pada penyakit parkinson. Efek sampingnya mengantuk. 2. Klorfeniramin Daya antihistaminikanya lebih kuat daripada Feniramin, dan mempunyai efek sedatif ringan. Digunakan untuk alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria, asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal – gatal di kulit, udema angioneurotik 3. Prometazin Selain digunakan dalam obat batuk, juga digunakan sebagai antiemetik untuk mencegah mual dan mabuk perjalanan, sindroma parkinson, sedativa dan hypnotika 4. Dimenhidrinat Digunakan pada mabuk perjalanan dan muntah-muntah waktu hamil. 5. Antazolin Sifatnya tidak merangsang selaput lendir, karena itu sering digunakan untuk mengobati gejala alergi pada mata dan hidung. 6. Feniramin Berdaya antihistaminika kuat dan efek meredakan batuk yang cukup baik, sehingga digunakan pula dalam obat batuk. 7. Siproheptadin Merupakan satu-satunya antihistaminika yang mempunyai efek tambahan nafsu makan. Kerja ikutannya antara lain timbul rasa mengantuk, pusing, mual dan mulut kering. 8. Mebhidrolini Napadisilat Praktis tidak bersifat menidurkan.Digunakan pada gatal-gatal karene alergi. 9. Setirizina HCl Digunakan untuk Perineal rinitis, rinitis alergi, urtikaria idiopatik 10. Loratadine Digunakan pada rinitis alergi, urtikaria kronik, dermatitis alergi, rasa gatal pada hidung dan mata, rasa terbakar pada mata. F. Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi 2. Rak tabung 3. Pipet tetes 4. Beaker glass 5. Cawan uap 6. Kawat kasadan kaki tiga 7. Spirtus 8. Penjepit kayu 9. Gelas ukur 10. Kertas saring 11. Corong Bahan : 1. Amilum 2. K 3 Fe(CN) 6 3. HCl 4. NaOH 5. Fehling A dan Fehling B 6. Zwikker 7. As. Sitrat 8. H 2 SO 4 9. Pb. Asetat 10. AgNO 3 11. Nessler 12. Na-nitropusid 13. CaSO 4 14. Diazo A dan Diazo B 15. HNO 3 16. KOH 17. Piridin 18. Per. Marquis 19. FeCl 3 G. Prosedur Kerja Isolasi dari Matriksnya Sampel Isolasi : Larut Etanol : kloramfenikol, eritromisin, luminal, tetrasiklin, dan sebagian besar golongan antibiotic (serbuk dan tablet) Larut air : sediaan injeksi atau infusa Reaksi Warna : + KOH + Piridin  Kloramfenikol +DAB-HCl  jingga : Proc. Pensilin + Fehling A + B  endapan merah bata : ampisilin, amoksisilin + H 2 SO 4 C  merah ungu : tetrasiklin, rifampisin, oksitetrasiklin  cokelat tua : eritromisin + FeCl 3  kuning kehijauan : antazolin HCl, CTM, Feniramin Maleat + DAB-HCl  kekuningan : difenhidramin HCl Di filtrasi dan ambil filtratnya Reaksi Penegasan : Kloramfenikol : + 3tts HCl encer + 3tts NaNO 2 10% + 5tts lar (a0 mg nafto @5mL NaOH 15%)  merah jingga +HCl c + serbuk Zn setelah dingin + DAB HCl  warna orange Tertrasiklin : +HNO3pekat jingga cokelat encerkan jingga +Marquish  merah anggur +Mureksid  merah jingga’ Eritromisin : + H 2 SO 4 p  kuning ungu cokelat tua diencerkan jadi hijau + FeCl 3 + H 2 SO 4 p  hijau Amoksisilin : +Fehling  hijau CTM : + H 2 SO 4 + K 2 Cr 2 O 7  hijau H. Hasil Pengamatan 1. Identifikasi sampel no. 76 NO IDENTIFIKASI DUGAAN KESIMPULAN 1 Uji organoleptis Warna = kuning Bentuk = salep Kelarutan = dalam etanol Antibiotik Sampel no. 76 adalah salep kloramfenikol Seharusnya : salep eritromisin 2 Uji Penegasan Zat + KOH + Piridin Merah ungu Zat + HCl + NaNO 2 + ᵦ-naftol  merah jingga Zat + HCl + serbuk Zn + DAB HCl  merah semu orange kloramfenikol 2. Identifikasi sampel no. 26 NO IDENTIFIKASI DUGAAN KESIMPULAN 1 Uji organoleptis Warna = putih Bentuk = serbuk halus Rasa = sangat pahit Kelarutan = dalam etanol Bau = berbau Golongan antibiotic larut etanol. Sampel nomor 26 adalah ampisilin Seharusnya sampel no 26 adalah kloramfenikol 2 Uji Penegasan Zat + H 2 SO 4  tidak bereaksi Zat + Nessler  warna pink Zat + Marquis  ungu Ampisilin I. Pembahasan Pada saat mengidentifikasi kedua pertama-tama sampel no. 76 dilarutkan dalam etanol karena sebagian besar basis salep tidak larut dalam etanol. Salep dilarutkan dalam etanol kemudian divorteks, tujuan divirteks adalah untuk memperluas kontak pelarut dengan zat aktif yang sejenis agar mudah ditarik dari basis salep. Hal ini dilakukan karena basis salep yang lengket maka zat aktif didalam basis sulit untuk dipisahkan. Salep memang tidak akan hancur maka hal kedua yang dilakukan apabila basis salep berada diatas permukaan pelarut dalah memanaskan sampel dan pelarut tersebut diatas penangas air, tujuannya agar basis salep melumer atau mencair bila dipanaskan, walaupun setelah dilakukan perlu pemanasan yang lama agar basis melumer, maka selanjutkan adalah pemisakan dekantasi apabila basis tetap padat. Sampel tersebut mengandung bau yang sedikit khas namun ternyata itu adalah dari pewangi bawaan salep. Setelah didapatkan filtrate, filtrate tersebut diidentifikasi umum untuk mengetahui manakah pelarut yang dapat memberikan hasil reaksi yang spesifik. Dari hasil identifikasi sampel tersebut selalu memberikan hasil yang positif pada kloramfenikol namun ternyata setelah diperikasa ternyata sampel tersebut adalah eritromisin. Nama Zat : Eritromisin ( FI III, 246) BM : 733,95 Seritromisin merupakan zat antimikroba yang dihasilkan oleh biakan Streptomyces erythreus Waksman. Pemerian Serbuk atau hablur : putih agak kuning; tidak berbau atau hamper tidak berbau; rasa pahit; agak higroskopis. Kelarutan Larut dalam lebih kurang 100 bagian air; larut dalam etanol (95%) p, dalam kloroform P, dan dalam eter P. Karena sifatnya yang larut dalam etanol sehingga menjadi keliru bahwa ada suatu reaksi yang membedakan kloramfenikol dengan eritromisin. Yaitu ketika HNO 3 direaksikan dengan eritromisin akan memberikan warna ungu, sedangkan pada saat reaksi tidak memberikan warna tersebut. Sediaan eritromisin biasanya berbentuk sediaan salep. Eritromisin merupakan antibiotik golongan makrolid. Antibiotika golongan makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5˚ biasanya tahan sampai beberapa minggu. Pada sampel no 26, sampel tersebut berbentu serbuk pahit yang mempunyai bau khas seperti vanillin, namun hal ini bisa saja diakibatkan oleh matriksnya dengan vanillin. Sampel no 26 sangat pahit dan larut dalam etanol maka dilihat dari sifat fisiknya dapat dipastikan bahwa sampel tersebut adalah kloramfenikol. Nama Zat : Kloramfenikol (FI III, 143) BM 323, 13 Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak 103,0% kloramfenikol dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian Hablur halus berbenytuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Kloramfenikol mengandung C, H, N, Cl didalamnya sehingga ada suatu pereaksi tertentu yang akan bereaksi dengan unsure tersebut misalnya marquis. . + NaOH warna kuning kuat Hal ini terjadi karena OH - akan menyerang N + karena N memiliki 5 tangan dan N memiliki satu electron bebas, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi agar reaksi berlangsung cepat. + AgNO 3 AgCl + rantai klomfenikol Hal ini terjadi ketika Ag + berikatan dengan Cl - yang ada pada rantai kloramfenikol, karena Ag tidak berikatan dengan O karena O dirantai kloramfenikol tidak dapat dihidrolisis dengan Ag. J. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa : 1. Sampel nomor 76 adalah Eritromisin. 2. Dan sampel no 26 adalah kloramfenikol. K. DaftarPustaka Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; Jakarta. Fessenden, J, S & Fessenden, R, J. 1994.Kimia Organik edisi ketiga Jilid I. Erlangga ; Jakarta. Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia G.Ghalib, Ibnu, Prof.Dr.DEA.,Apt dan Rohman, Abdul, M.Si.,Apt. 2007. Kimia Farmasi Analisis. PustakaPelajar; Yogyakarta. Amirudin, A. 1993. Kamus Kimia Organic. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Harjadi, W.1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga. Riawan,S. Kimia Organik. Tangerang : Bina Rupa Aksara . Setiono, L.dkk. 1990. Vogel 1. Jakarta : Kalman Media Pusaka. Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.
Copyright © 2024 DOKUMEN.SITE Inc.