8896_9758_kapsul Kloramfenikol 250 Mg

June 12, 2018 | Author: AjengObie | Category: N/A


Comments



Description

LAPORAN PRAKTIKUMUJI MUTU KAPSUL KLORAMFENIKOL 250 mg DI Susun Oleh : WINDA KURNIADEWI ( 3351141113 ) MIRA NURMALASARI (3351141126) NURUL FADHILAH ( 3351141152) Kelompok : 11 C PROGRAM STUDI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI Cimahi 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam bidang kesehatan adalah terinfeksinya tubuh oleh mikroorganisme, sehingga diperlukan obat-obat antiinfeksi diantaranya adalah penggunaan antibiotik.Pada dasarnya, suatu infeksi lazimnya dapat ditangani secara berhasil oleh sistem pertahanan alamiah tubuh. Namun adakalanya sistem ini harus ditunjang oleh penggunaan antibiotik, meskipun dewasa ini sangat disadari bahwa amat sering antibiotik telah mengalami penyalahgunaan ataupun penggunaan yang salah (wattimena.,dkk, 1991:30). Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroba lain, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks kemoterapi tinggi, yang manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah (wattimena.,dkk, 1991:18). Penyalahgunaan antibiotik secara luas mengandung berbagai resiko berikut: 1. Kebanyakan antibiotik menimbulkan efek samping dan reaksi toksik. 2. Hipersensitivitas dapat diinduksi, sehingga memungkinkan terjadi berbagai reaksi ringan ataupun gawat pada pemakaian berulang antibiotik tersebut. 3. Flora normal usus sering dimodifikasi sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terjadi superinfeksi 4. Muta Mikroba yang resisten sering terseleksi dari populasi bakteri dan merupakan ancaman bahaya individual atau epidemiologik. 5. Status fisiopatologi pasien sering kali menuntut perhatian khusus pada disain terapi dengan antibiotik. 6. Faktor lingkungan seperti diet, terapi lain yang dilaksanakan sejajar ataupun bersama-sama dengan terapi antibiotik merupakan hal-hal yang perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap terapi antibiotik. Jelas kiranya bahwa penggunaan suatu antibiotik untuk terapi perlu didasari pada berbagai pertimbangan khusus menuju penggunaan antibiotik secara rasional, Asas penggunaan rasional suatu antibiotik ialah seleksi antibiotik yang selektif terhadap mikroorganisme yang menginfeksi dan efektif untuk memusnahkanya dan sejalan dengan hal ini, memiliki potensi terkecil untuk menimbulkan tokisitas, reaksi alergi ataupun resiko lain bagi pasien (wattimena.,dkk, 1991:31). Antibiotik memiliki spektrum kerja.Spektrum kerja adalah luasnya daerah kerja antibiotika terhadap berbagai spesies mikroba.Pengelompokan antibiotika berdasarkan spektrum kerja meliputi antibiotika spektrum kerja luas dan spektrum kerja sempit.Antibiotika spektrum kerja luas dapat bekerja terhadap bakteri Gram negatif, bakteri Gram positif dan mikroba lainnya seperti klamidia, mikoplasma, dan riketsia.Sedangkan antibiotika spektrum sepit umumnya terbatas pada bakteri Gram positif saja atau untuk bakteri Gram negatif. Selain itu antibiotika dapat dibedakan berdasarkan tipe kerjanya yaitu, bakterisid (Bekerja membunuh mikroba) dan bakteriostatik (Bekerja menghambat pertumbuhan mikroba). Suatu antibiotika apakah bertipe bakterisid atau bakteriostatik dapat dilihat berdasarkan mekanisme kerjanya atau dapat pula karena dosisnya .Penggunaan antibiotika apakah yang brtipe bakterisid atau bakteriostatik mempunyai kebaikan dan keburukan tersendiri. (katzung, wattimena, 2004) Infeksi dapat disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh sehingga terjadi gangguan fisiologis normal tubuh.Salah satu contoh infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah bakteri Salmonella typhi, yaitu penyebab tifus (demam tifoid). Tifus memiliki beberapa gejala, seperti demam tinggi dan kepala sangat nyeri, dimana pertama kali terjadi dengan cara menginfeksi usus, kemudian melakukan perbanyakan diri. Selanjutnya tersebar melalui sirkulasi darah dan akan kembali lagi di dalam usus melalui saluran empedu, sehingga infeksi tetap dipertahankan. Sebagai pengobatannya digunakan kloramfenikol karena merupakan Drug of Choice (obat terpilih) yang sampai sekarang masih digunakan sebagai obat antiinfeksi. Kloramfenikol bekerja dengan menghambat aktivitas enzim peptidil transferase pada bakteri sehingga sintesis protein akan terhenti. Dengan demikian kloramfenikol memiliki aktifitas kerja secara bakteriostatik dan memiliki spektum kerja luas.(Wattimena, 1991: 23). Kadar kloramfenikol dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu secara volumetri, spektrofotometer UV, dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Ditjen POM, 1979; Ditjen POM, 1995).Dan pemilihan metode ini secara spektrofotometer UV karena pelarut yang digunakan lebih sederhana yaitu aquadest dan data yang diperoleh akurat. atau bahan lain yang sesuai. 2008: 217).1. butiran atau granul (syamsuni. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat.1. gelatin. dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil yangumumnya terbuat dari gelatin yang sesuai. pati. hard capsul) terdiri dari atas bagian wadah dan tutup (Capsulae overculatae) yang terbuat dari metil selulosa. Umumnya ukuran terbesar 000 merupakan ukuran yang dapat diberikan kepada pasien. kecuali cangkang untuk hewan. tergantung pada formulasinya kapsul dari geatin bisa lunak atau bisa juga keras(Ansel. Kapsul Keras .1 Macam-Macam Kapsul i) Kapsul Cangkang keras Kapsul cangkang keras (capsulae durae. Ada juga ukuran 0 yang bentuknya memanjang ( dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas lebih besar tanpa pengikatan diameter dan biasanya mengandung air 10-15%. 2. 2005:54) Gambar 2. Biasanya cangkang kapsul ini diisi dengan bahan padat atau serbuk. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000. 62 Untuk Manusia 2 0.27 5 0. berbobot molekul rendah dan dapat juga diisi dengan bahan padat atau serbuk atau zat padat kering.7 00 1. biasanya lebih tebal dibanding dengan kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol. 2005:58).1. . umumnya diisi dengan bahan cairan bukan air seperti PEG.2. soft capsul) merupakan suatu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai. rektal. Kapsul cangkang lunak mempunyai bermacam- macam bentuk dan biasanya dapat dipai untuk rute oral.36 4 0. vaginal. Kapsul ini biasanya mengandung air 6-13%.5 ( Syamsuni. ii) Kapsul Cangkang Lunak Kapsul lunak (capsulae molles.2 0 0.85 1 0. Gambar 2.19 10 30 Untuk Hewan 11 15 12 7.2. seperti sorbitol atau gliserin. atau topikal ( Syamsuni. Kapsul Lunak 2. Volume dan Ukuran kapsul No Ukuran Volume dalam mililiter 000 1. 2005:55).52 3 0. 3. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul i) Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak tidak dapat menahan penguapan. ii) Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang memiliki rasa dan bau yang tidak enak. iii) Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul i) Bentuk menarik dan praktis. . iv) Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien. ii) Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab) iii) Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.Ukuran kapsul 2. Gambar 2.3. v) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pembuatan pil atau tablet.1. 115% dengan simpangan relatif kurang atau sama dengan 6%. v) Tidak bisa dibagi-bagi.1.5% ±15% (DepKes Ri. Syarat Kapsul Syarat-syarat kapsul adalah sebagai berikut : i) Keseragaman Kandungan Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kandungan bahan aktif dari kapsul satu dan kapsul lainnya. Jika bahan aktif tidak kurang dari 50% dari bobot tablet atau kapsul dan lebih besar dari 50 mg persyaratannya harus berada pada rentang 85% . (Syamsuni. iv) Tidak dapat digunakan untuk balita. iii) Waktu Hancur Pengujian kehancuran adalah suatu pengujian untuk mengetahui seberapa cepat tablet hancur menjadi agregat atau partikel lebih halus.4. Pengujian dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jika produk hancur dalam periode waktu singkat. ii) Keseragaman Bobot Bobot rata-rata isi kapsul Perbedaab bobot isi kapsul dalam % A B 120 mg atau lebih ±10% ±20% Lebih dari 120 mg ±7. 1979:6). . 2005:56) 2. misal dalam 5 menit. maka obat akan dilepas dan tidak ada antisipasi masalah dalam hal kualitas produk obat. 2 Disolusi 2.1 Pengertian Disolusi adalah larutnya zat berkhasiat dalam suatu media disolusi. Sebagai contoh. termasuk bentuk kimia. kelarutan.Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa persentasi zat aktif dalam obat yang dapat terlarut dan terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi pada tubuh. dan spesifikasi yang membedakan antar produk obat. dan sifat- sifat pembasahan. Laju disolusi dari suatu zat obat dimana luas permukaan adalah konstan selama disolusi digambarkan oleh modifikasi persamaan Noyes-Whitney: dC DA = (Cs – C) dt hV Dimana D adalah koefisien difusi. Bentuk wadah dapat mempunyai alas bulat atau datar. Cs adalah konsentrasi dari larutan jenuh zat terlarut dalam medium disolusi pada temperatur eksperimen. Laju disolusi diberikan oleh dC/dt. V adalah volume media. Ada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan bila melakukan suatu uji disolusi : i) Ukuran dan bentuk wadah dapat mempengaruhi laju dan tingkat pelarutan. 1979) 2. luas permukaan. Kecepatan pengadukan harus dikendalikan. dan C konsentrasi obat dalam larutan pada waktu t. ukuran partikel. wadah dapat mempunyai rentang ukuran dari beberapa mililiter sampai beberapa liter. A adalah luas permukaan dari obat yang terpapar (terkontaminasi) ke media disolusi. h adalah ketebalan lapisan difusi pada antarmuka padat-cairan. sehingga dalam percobaan yang berbeda tablet dapat berada dalam posisi yang berbeda. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit) (DepKes RI. . ii) Jumlah pengadukan dan sifat pengaduk. kebiasaan kristal.2. Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisika-kimia. 2. iv) Sifat media pelarutan Media pelarutan hendaknya tidak jenuh dengan obat. Dalam uji seperti itu biasanya digunakan suatu volume media yang lebih besar daripada jumlah pelarut yang diperlukan untuk melarutkan obat secara sempurna.2 Metode Uji Disolusi i) Alat 1 (Metode Basket) Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert. tinggi 160-175 mm. dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak.Batang dari dayung tersebut sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Batang logam berada pada posisi tertentu sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm. atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Sebagian besar uji pelarutan dilakukan pada 370C±0.5° C selama pengujian berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan. diameter dalam 98-106 mm. Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan alat. berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. goncangan. (Ditjen POM. iii) Suhu media pelarutan harus dikendalikan dan variasi suhu harus dihindarkan.2. tetapi pada alat ini digunakan dayung yang terdiri atas daun dan batang sebagai pengaduk.Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. dengan volume sampai 1000 ml.Sediaandibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. 1995) . Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah 37° ± 0. Wadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah bola. ii)Alat 2 (Metode Dayung) Sama seperti alat 1.5C.Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. ii) Bentuk obat kristal atau amorf Bahan-bahan obat padat bisa ada sebagai zat kristal murni dengan bentuk tertentu yang dapat diidentifikasi atau sebagai partikel-partikel amorf tanpa struktur tertentu.Garam-garam natrium dan kalium dari asam organik lemah dan garam-garam hidroklorida dari basa organik lemah melarut jauh lebih mudah dibandingkan dengan asam bebas atau basa bebasnya.2. Zat obat tertentu bisa dihasilkan dalam bentuk kristal atau amorf. Karena bentuk amorf dari suatu zat kimia biasanya lebih mudah larut dibandingkan dengan bentuk kristalnya.Biasanya bentuk anhidrat dari suatu molekul organik lebih mudah . luas permukaan total yang diciptakan ditingkatkan. kestabilan kimianya.2. bahkan aktivitas biologisnya. Untuk zat obat yang sukar larut atau larut dengan perlahan. banyaknya absorpsi obat yang berbeda bisa dihasilkan dengan akibat berbedanya derajat aktivitas farmakologis yang diperoleh dari masing-masing. ini umumnya mengakibatkan peningkatan dalam laju disolusi.2 Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi i) Luas permukaan Bila suatu partikel obat dikurangi sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dalam jumlah besar. dan seperti baru-baru ini terbukti. Karakter kristal atau amorf dari suatu zat obat bisa penting sekali dalam memudahkan formulasi dan penanganannya. iii) Bentuk garam Laju disolusi bentuk garam dari suatu obat umumnya berbeda sekali dari senyawa induknya. iv) Faktor-faktor lain Keadaan hidrasi dari suatu obat dapat mempengaruhi kelarutan dan pola absorpsi. Hasilnya merupakan suatu lapisandifusi yang lebih cepat jenuh mengitari partikel- partikel yang melarut dan berakibat lebih cepatnya difusi obat tersebut ke tempat absorpsi. larutan praktis netral terhadap lakmus P.0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dalam propilen glikol. larut daripada bentuk hidratnya. Kloramfenikol Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5 Nama Umum : Kloramfenikol Pemerian: Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang. mudah larut dalam etanol. putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan.1. Indikasi : Sebagai antibiotik (Ditjen POM. stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.0% dan tidak lebih dari 120. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Beberap Efek Toksik Utama Antibiotik (Wattimena. terlindung dari cahaya. 1991:42) SISTEM ANTIBIOTIK . 1995) Tabel 1. tidak kurang dari 90. Juga terbukti dalam pengkajian yang sama bahwa laju absorpsi untuk bentuk anhidrat lebih besar daripada untuk bentuk trihidrat dari obat tersebut.3. Persyaratan : Kapsul kloramfenikol mengandung kloramfenikol. dalam aseton dan dalam etil asetat. Kelarutan : Sukar larut dalam air. C11H12Cl2N2O5. 2. kanamisin. kloramfenikol.Efek samping kloramfenikol yang umum terjadi antara lain gangguan lambung-usus. neuropati optis dan perifer. sefalosporin. rifanpin. penisilin dosis tinggi.Mekanisme kerja antibiotik kloramfenikol ialah menghambat sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel bakteri sehingga kloramfenikol menghambat fungsi RNA dari bakteri. amfoterisin B  Anemia hemolitik Defisiensi G-6-PD. tetrasiklin.1. Farmakologi Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik broad spectrum yang aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. sefalosporin  Neutropenia Kloramfenikol  Trombositropenia Kloramfenikol. dan  Eosinofili linkomisin. radang lidah dan mukosa mulut. dan tetrasiklin  Leukopenia Penisilin dosis tinggi. Karena amat pahit biasanya kloramfenikol digunakan dalam bentuk kapsul. Berbagai turunan kloramfenikol berhasil disintesis akan tetapi tidak ada senyawa yang khasiatnya melampaui khasiat kloramfenikol. stertomisin.Karenanya penggunaannya ditujukan hanya untuk penyakit tifus dan penyakit berat saja. . Antibiotik ini dihasilkan oleh Streptomyces venezueladan merupakan antibiotik yang digunakan sebagai obat penyakit tifus. Hipersensitifitas : Penisilin. 2. Sefalosporin. kloramfenikol.(Wattimena. Tetapi yang sangat berbahaya yaitu dapat mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulangbelakang sehingga pembuatan sel-sel darah merah menjadi terganggu. 1991). Darah  Anemia aplastik Kloramfenikol.  Purpura tetrasiklin dan kloramfenikol Penisilin. kloramfenikol dan linkomisin.3. Efek Samping Kloramfenikol Salah satu efek samping pada terapi kloramfenikol adalah reaksi pada saluran cerna (mual. dan reaksi superinfeksi serta toksik (anemia aplastik) BAB III METODE PERCOBAAN .2. bentol-bentol merah pada kulit). muntah. yang biasa disebut alergi (demam. dan diare).2. gejala yang berkaitan dengan dosis (sindrom bayi abu-abu dan anemia terpulihkan.3. 2 Metode Percobaan 3.2 Bahan Bahan–bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :  Kloramfenikol  Asam hidroklorida  Aqua dest 3.1N dalam labutakar hingga 250 mL (1000µg/mL).2 Pembuatan Kurva Kalibrasi .1N Ditimbang sebanyak 250 mg kloramfenikol dan dilarutkan dengan menggunakan HCl 0.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kloramfenikol Dalam HCl 0.3. 3.0 mL (100 µg/mL) dan diencerkan dengan HCl 0.1N sampai tanda batas.2.1 Alat dan bahan 3.1.0 mL kedalam labu takar 100. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10.1.1 Alat Alat–alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :  Timbangan analitik (Sartorius BL 2105)  Spektrofotometer UV-Visible (Shimadzu UV-1601)  Alat uji disolusi (Veego Scientific DA-ID)  Labu ukur  Pipet volum  Ball pipet  Gelas ukur  Pipet tetes 3. 1N dalam labu takar hingga 250 mL (1000µg/mL). 12. Dihitung absorbansi kloramfenikol pada panjang gelombang 279.Dibuat satu seri larutan standar dari larutan induk dengan konsentrasi 8.2.1N sampai tanda batas. keluarkan isi kapsul dan timbang cangkang kapsulnya.1 N (2500 ppm).0 mL (100 ppm). 3.2 nm.Ditimbang sebanyak 250. 20.2.3 Keseragaman Bobot Diambil 20 kapsul kloramfenikol kemudian ditimbang masing-masing kapsul satuper satu. Diambil 4 mL kemudian di ad hingga 25 mL (16 ppm).0 mL (100 µg/mL) dan diencerkan dengan HCl 0. kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100. Kemudian hitung kadar kapsul kloramfenikol.2.0 mL kedalam labu takar 100. Masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum kloramfenikol yaitu 279.0 mL kemudian di encerkan hingga 100. 28 µg/mL.4 Keragaman Bobot Ditimbang 10 kapsul kloramfenikol kemudian ditimbang masing-masing kapsul. keluarkan isi kapsul dan timbang cangkang kapsulnya.2 nm. atur suhu hingga 37OC dengan kecepatan 100 rpm. dimasukan kedalam keranjang alat waktu hancur. dihitung kadar kapsul kloramfenikol dari setiap kapsulnya.2.6 Waktu Hancur Diambil 6 kapsul kloramfenikol. 24.Dihitung rata-rata bobot kapsul dan hitung juga penyimpangan terhadap bobot rata-rata kapsul tersebut. 3. . 3. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10. kemudian dilihat waktu yang diperlukan untuk hancur menyeluruh. 3. 16.0 mL dimasukan kedalam labu 100. Diambil 4.0 mL dan diencerkan sampai tanda batas dengan HCl 0.5 Penetapan Kadar Ditimbang setara kloramfenikol 301 mg sebanyak tiga kali.0 mg kloramfenikol dilarutkan dengan HCl 0. Media yang digunakan adalah larutan HCl 0. Kemudian cuplikan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Sinar tampak pada panjang gelombang maksimum kloramfenikol 279.5ºC sebanyak 900 mL.2 nm. 20.3.2.1N dengan suhu 37±0. . Pengambilan sample sebanyak 10 mL diganti dengan media disolusi sebanyak 10 mL media disolusi bersuhu sama pada interval waktu 5.7 Disolusi Uji disolusi dilakukan menggunakan alat uji disolusi tipe 1 yaitu alat bentuk keranjang selama 30 menit dengan kecepatan 100 putaran permenit. 30 menit. 10. 25. 15. BAB IV HASIL PERCOBAAN 4.6973 28 0.1N pada Panjang Gelombang 279.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kloramfenikol Dalam HCl 0.2375 12 0.2 nm Konsentrasi µg/ml Serapan (A) 8 0.4766 20 0.5675 24 0.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi TabelSerapan kloramfenikol dalam asam hidroklorida 0.1N 4.1N Gambar : Kurva serapan kloramfenikol dalam larutan asam hidroklorida 0.8325 .3511 16 0. 332 14 300 0.4 0. 0.996 5 302 0.329 9 302 0.1 0 0 5 10 15 20 25 30 konsentrasi µg/mL Gambar : Kurva kalibrasi kloramfenikol dalam larutan asam hidroklorida 0.332 6 301 0 7 306 1.3 Keseragaman Bobot Kapsul Bobot (mg) Penyimpanagan (%) 1 299 0.8 0.5 0.332 10 302 0.996 .9 0.661 8 305 1.999 4.3 0.028x + 0.2nm : Persamaan garis y = 0.1N Keterangan : λ279.664 2 298 0.013 r = 0.7 absorban 0.664 13 300 0.329 20 304 0.6 0.664 12 299 0.2 0.332 15 299 0.332 4 304 0.664 16 301 0 17 302 0.332 18 301 0 19 305 1.332 11 299 0.996 3 302 0. 86 2 302 111.4.3 mg 0. Berat sampel Serapan(A) Faktor pengenceran 1 301.09 10 304 112.5 Penetapan Kadar No.495 15625 3 301.569 15625 4.8757 .86 8 300 111.481 15625 2 301.6 Waktu Hancur Waktu hancur yang dibutuhkan kapsul kloramfenikol untuk larut menyeluruhan dibutuhkan waktu 13 menit 45 detik 4.2316 15 93.1N Waktu Persentase kloramfenikol terlarut (%) 0 0 5 15.3 mg 0.1 mg 0.60 6 306 113.23 9 305 113.5893 25 101.7 Disolusi Table hasil Uji Disolusi Kloramfenikol dalam Larutan Asam Hidroklorida 0.4 Keragaman Bobot Kapsul Bobot (mg) Keragaman bobot (%) 1 299 110.0557 10 81.71 Rata-rata 302.45 7 299 110.2 112.97 3 304 112.97 5 301 111.7443 30 104.045 4.7936 20 97.71 4 302 111. 1N . 120 100 % Zat terlarut 80 60 40 20 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Waktu (menit) Gambar : Profil disolusi kloramfenikol dalam larutan asam hidroklorida 0. Nilai panjang gelombang serapan maksimum digunakan untuk identifikasi kualitatif suatu senyawa karena harga λ maksimum bersifat spesifik. waktu hancur. Hasil pemeriksaan pengujian fisik pada kapsul kloramfenikol 250 mg yaitu memiliki rasa pahit. Hal ini dilakukan dengan cara memplotkan serapan yang diperoleh terhadap panjang gelombang serapan maksimum dari kloramfenikol melalui pembuatan spektrum. penetapan kadar dan disolusi.1N. Kloramfenikol merupakan salah satu antibiotik yang memiliki kerja spektrum luas dan bersifat bakteriostatik yaitu dengan mekanisme kerja menghambat aktivitas enzim peptidil transferase pada bakteri sehingga sintesis protein akan terhenti. Pada kapsul kloramfenikol.Hasil perhitungan keseragaman bobot pada 20 kapsul kloramfenikol memenuhi persyaratan.1N didapat hasil yaitu 279. Media larutan disesuaikan dengan analisis yang akan dilakukan selanjutnya. BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mutu pada kapsul kloramfenikol 250 mg. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bobot tablet yang menyimpang dari persyaratan yang berlaku dalam Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A. keragaman bobot.2 nm. Selain pengujian organoleptis dilakukan evaluasi meliputi keseragaman bobot. Penilaian keseragaman . dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata- ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.Penentuan panjang gelombang pengukuran dilakukan dalam media larutan asam hidroklorida 0. Hasil penentuan panjang gelombang pengukuran dalam larutan asam hidroklorida 0. bentuk serbuh putih hablur dan memiliki bau khas kloramfenikol. Prosedur penelitian dilanjutkan dengan penetapan spektrum serapan dari kloramfenikol menggunakan spektrofotometri ultraviolet sinar tampak. hal ini menunjukan bahwa kapsul kloramfenikol 250 mg memenuhi persyaratan yang telah ditetepkan.Hal ini disebabkan terjadi ketidak homogenan pada saat pembuatan dan pada . Disolusi merupakan tujuan penting dalam menentukan absobsi suatu obat.waktu hancur merupakan parameter yang penting pada kapsul kloramfenikol. Menurut FI IV untuk melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan namaDesintegration Tester. Persyaratan waktu hancur untuk kapsul adalah harus kurang dari 15 menit (Dirjen POM.1N sebanyak 900 mL dengan menggunakan metode keranjang pada suhu 37oC±0. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat aktif yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Uji laju disolusi dilakukan terhadap kapsul kloramfenikol. Hasil pengujian waktu hancur terhadap kapsul kloramfenikol 250 mg adalah 13menit 45 detik.05% ini menunjukan bahwa kadar kloramfenikol dalam kapsul memenuhi persyaratan yang tertera pada FI IV. Hasil uji disolusi menunjukan bahwa dari 5 tabung yang diuji terdapat 2 tabung yang memenuhi persyaratan yang sesuai persyaratan yaitu dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI. Uji disolusi dilakukan dalam media larutan asam hidroklorida 0. Uji waktu hancur dilakukan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul lunak. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 95-120% dari pernyataan pada label.5oC dengan kecepatan 100 putaran permenit.Hasil menunjukan semua kapsul kloramfenikol 250 mg memenuhi persyaratan. 1979:7).bobot dilakukan untuk melihat Perhitungan mengenai penyimpangan bobot rata-rata tablet. 1979).Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar adalah 112. Suatu obat akan diabsobsi dengan baik di dalam tubuh bila laju disolusi obat tersebut tinggi. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi.Uji disolosi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi.saat putaran cangkang kapsul tidak menyeluruh terlarut jadi kemungkinan masih terdapat zat aktif yang masih terjerat pada cangkang kapsul. .Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Laju disolusi kapsul kloramfenikol dalam media disolusi larutan asam hidroklorida memenuhi persyaratan yaitu dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI.05% masuk kedalam rentang persyaratan yaitu 90-120%. keseragaman sediaan dan uji disolusi. Waktu hancur memenuhi syarat tidak lebih dari 30 menit didapat hasil 13 menit 45 detik.5% dan tidak ada satupun yang menyimpang dari bobot rata-rata 15%. waktu hancur. .. BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.Kapsul harus memiliki syarat sebagai berikut yaitu keseragaman bobot. Keragaman bobot masing-masing terletak pada 112.Kapsul terdiri atas kapsul keras (capsulae durae) dan kapsul lunak (capsulae molles). 1979). Dari hasil percobaan yang didapat keseragaman bobot kapsul kloramfenikol memenuhi persyaratan yaitu tidak ada 2 kapsul yang menyimpang dari lebih besar dari 7. 2004. Mc Evoy. 55. Penerbit Buku kedokteran EGC. 95-96. 32. Halaman 6. Airlangga University Press.R. Syamsuni. 2.. edisi 2. Leon dan B. (2008). Edisi III. Ilmu Resep. 9. Shargel. 7. 4. Howard C.G. 42. Andrew. 56. 3. USA: American Society of Healthy System Farmasist. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997). Aiache. terjemahan Ibrahin dan Farida. 100-102. Katzung. Halaman 54. Universitas Indonesia Press. B. 37-46. Ahfs Drug Information.. 10. 30. Jakarta. Gadjah Mada University Press. Farmakope Indonesia. terjemahan Dr. 3-14. Farmakologi Dasar dan Klinik. 1988. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Edisi IV. G. 23. Syamsuni. Halaman 217. Penerbit Buku kedokteran EGC.K. 2005. terjemahan Siti Sjamsiah. Wattimena. Salemba Medika. 31. Bandung. 8. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. 99. ed. Jakarta 6. dkk. Airlangga University Press. 161. 1993. terjemahan bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas airlangga. A.. Penerbit Institut Teknologi Bandung. 5. Jakarta. Pengembangan Sediaan Farmasi. 1991. (2008). 8. Jakarta. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Yogyakarta. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Agoes. . 58. Surabaya. Yu. 2005. DAFTAR PUSTAKA 1. Biofarmasi. Jilid 2.Widji Soeratri. Surabaya. Ansel. JM. Halaman 18. (2005). G. Edisi 2. buku 3. C. J. Pembuatan kurva kalibrasi 250.0mL diencerkan diencerkan diencerkan diencerkan diencerkan diencerkan hingga hingga hingga hingga hingga hingga 25.0mL 6.0mL (8 ppm) (12 ppm) (16 ppm) (20 ppm) (24 ppm) (28 ppm) .0mL 5.0 mL Diencerkan hingga 100.0 mg kloramfenikol 250.0 mL (1000 ppm) .0mL 25.0mL 3. Diambil 10.0 mL (100 ppm) Diambil Diambil Diambil Diambil Diambil Diambil 2.0mL 4.0mL 25.0mL 25. LAMPIRAN 1 PROSEDUR PERCOBAAN 1.0mL 25.0mL 7.0mL 25. Dihitung rata-rata bobot kapsul dan penyimpangan terhadap bobot rata- rata Tidak ada 2 kapsul yang menyimpang dr kolom A dan tidak ada satupun yang menyimpang dari kolom B Penyimpangan Bobot rata-rata A B 120 mg atau lebih ± 10% ± 20 % Lebih dari 120 mg ±5% ± 15 % . Keseragaman Bobot Diambil 20 kapsul kloramfenikol . Ditimbang masing-masing kapsul satu persatu . LAMPIRAN (LANJUTAN) 2. Dimasukan kedalam keranjang alat waktu hancur . Diatur suhu dan kecepatan Waktu yang dibutuhkan untuk hancur keseluruhan 13 menit 45 detik .045% 4. LAMPIRAN (LANJUTAN) 3. Waktu hancur Diambil 6 kapsul kloramfenikol . Keragaman bobot Diambil 10 kapsul kloramfenikol . Ditimbang masing-masing kapsul satu persatu . Dihitung jumlah zat aktif dari 10 kapsul 112. 0 ml .0 ml (100ppm) Diambil sebanyak 4. Diencerkankan sampai 100. Dihitung kadar Kadar kloramfenikol 112.0 ml . Diencerkankan sampai 25.0 ml (16ppm) . LAMPIRAN (LANJUTAN) 5.05% .0mg sebanyak 3 kali - .Diencerkankan sampai 100.2 nm .Dimasukan kedalam labu takar 250mL .0 ml (2500ppm) Diambil sebanyak 4. Penetapan Kadar Ditimbang setara kloramfenikol 250. Diukur absorbansi kloramfenikol dengan λ=279. 6.5 dengan putaran 100 rpm selama 30 menit Hasil . Diatur suhu 37oC±0.1N . Disolusi Diambil 5 kapsul kloramfenikol . Dimasukan kedalam keranjang disolusi yang berisi medium asam hidroklorida 0. 25x10-5 mol/L x 323.664% 298 mg−301 mg 3) = x 100 % 301 mg = 0.6 = 9600 x 1cm x c c = 6. LAMPIRAN PERHITUNGAN 1.996% .196 µg/mL 2.332% 299 mg−301 mg 2) = x 100 % 301 mg = 0. Perhitungan absorbansi A=Ɛxbxc A = absorban Ɛ = absorban molar b = tebal kuvet c = konsentrasi A=Ɛxbxc 0.25x10-5 mol/L gram = c x BM = 6. Keseragaman bobot (Bobot kapsul mg)−(Bobot rata−rata mg) x 100% Bobot rata−rata mg 302 mg−301 mg 1) = x 100 % 301 mg = 0.13 = 20.996% 304 mg−301 mg 4) = x 100 % 301 mg = 0. 332% 301 mg−301 mg 6) = x 100 % 301 mg = 0% 306 mg−301 mg 7) = x 100 % 301 mg = 1.664% 300 mg−301 mg 13) = x 100 % 301 mg = 0.332% 299 mg−301 mg 11) = x 100 % 301 mg = 0.332% 300 mg−301 mg 14) = x 100 % 301 mg = 0.661% 305 mg−301 mg 8) = x 100 % 301 mg = 1.664% 299 mg−301 mg 12) = x 100 % 301 mg = 0.332% 299 mg−301 mg 15) = x 100 % 301 mg = 0.329% 302 mg−301 mg 9) = x 100 % 301 mg = 0. 302 mg−301 mg 5) = x 100 % 301 mg = 0.664% .332% 302 mg−301 mg 10) = x 100 % 301 mg = 0. 05 % 302.2 mg = 110.2 mg = 111.2 mg = 111.05 % 302.97 % 301 mg 5) = x 112. Keragaman bobot Bobot kapsul mg x% kadar Bobot rata−rata mg 299 mg 1) = x 112.60 % .05 % 302.97 % 304 mg 3) = x 112.86 % 302 mg 2) = x 112.2 mg = 112.329% 304 mg−301 mg 20) = x 100 % 301 mg = 0.996% 3.71 % 302 mg 4) = x 112.05 % 302.05 % 302.332% 301 mg−301 mg 18) = x 100 % 301 mg = 0% 305 mg−301 mg 19) = x 100 % 301 mg =1.2 mg = 111. 301 mg−301 mg 16) = x 100 % 301 mg = 0% 302 mg−301 mg 17) = x 100 % 301 mg = 0. 013 absorban = 0.05 % 302.05 % 302.569 a) 0.86 % 300 mg 8) = x 112.23 % 305 mg 9) = x 112.028x + 0.028x + 0.2 mg = 110.45 % 299 mg 7) = x 112.46 % b) 0. 306 mg 6) = x 112.05 % 302.267 mg/mL .2 mg = 112.7143 µg/mL µ𝑔 16.09 % 304 mg 10) = x 112.495 .2 mg = 113.013 X = 19.05 % 302.2 mg = 111.569 = 0. 0.481 = 0.05 % 302.481 . 0.7143 𝑥 15625 𝑚𝑙 X1 = 1000 = 261.2 mg = 113. Penetapan kadar y = 0.161 mg Kadar = x 100% 250 mg = 104.013 X = 16.028x + 0.857 µg/mL µ𝑔 19.71 % 4.161 mg/mL 261.857 𝑥 15625 𝑚𝑙 X1 = 1000 = 310. 267 mg Kadar = x 100% 250 mg = 124.214 𝑥 15625 𝑚𝑙 X1 = 1000 = 268. Disolusi Tabung 1  5 menit : 0.714 µg/mL µ𝑔 19.028x + 0.565 = 0.821 µg/mL µg 10 25.821 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 232.97 mg Kadar = x 100% 250 mg = 107.743 mg %Q = x 100 250 mg = 7.028x + 0.495 = 0.028x + 0.97 mg/mL 268.393mg/mL .013 X = 17. 310.10 % c) 0.214 µg/mL µ𝑔 17.743 mg/mL 17.013 X = 25.59 % Kadar rata-rata = 112.714 𝑥 900 𝑚𝑙 𝑚𝑙 X1 = 1000 = 17.013 X = 19.05% 5.736 = 0.097 %  10 menit 0. 582 (232. 17.777 = 0.036 x 10 Factor koreksi = 900 = 2.582 ) %Q = x 100 250 mg = 94.321mg/mL 25.393+2.036 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 234.028x + 0.197 ) %Q = x 100 250 mg = 93.036 %  15 menit 0.013 X = 26.197 (232.013 X = 27.287 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 245.742 = 0.821 x 10 Factor koreksi = 900 = 2.393+0.286 µg/mL µg 10 27.028x + 0.761 %  20 menit 0.036 µg/mL µg 10 26.604 .743 x 10 Factor koreksi = 900 = 0.571mg/mL 26. 028x + 0.286x 10 Factor koreksi = 900 = 2. (232.071 µg/mL µg 10 28.807) %Q = x 100 250 mg = 106.929mg/mL 28.643+2.729) %Q = x 100 250 mg = 102.028x + 0.643mg/mL 27.807 (262.071 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 252.294% .729 (252.270 %  25 menit 0.831 = 0.013 X = 28.013 X = 29.799 = 0.604) %Q = x 100 250 mg = 99.214 µg/mL µg 10 29.393+2.071 x 10 Factor koreksi = 900 = 2.929+2.214 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 262.149 %  30 menit 0. 013 X = 6.393 𝑥 900 𝑚𝑙x ( ) 𝑚𝑙 1 X1 = 1000 = 57.928mg/mL 6.393 x 10 Factor koreksi = 900 = 0.013 X = 25.729 = 0.214 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 172.028x + 0.271 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 230.271 µg/mL µg 10 25.536 mg/mL 57.014 %  10 menit 0.214 µg/mL µg 10 19.013 X = 19.693 ) %Q = x 100 250 mg = 69.143mg/mL .693 (172.Tabung 2  5 menit : 0.928+0.028x + 0.028x + 0.192 = 0.393 µg/mL µ𝑔 10 6.551 = 0.536 mg %Q = x 100 250 mg = 23.427 %  15 menit 0. 557) %Q = x 100 250 mg = 95. 25.271x 10 Factor koreksi = 900 = 2.921 (230.921 ) %Q = x 100 250 mg = 92.028x + 0.635 .908 %  25 menit 0.751 = 0.557 (237.357 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 237.793 = 0.143+1.857 µg/mL µg 10 27.013 X = 26.357 µg/mL µg 10 26.013 X = 27.271 x 10 Factor koreksi = 900 = 2.214+2.714mg/mL 25.028x + 0.857 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 250.214mg/mL 25.826 %  20 menit 0.271 x 10 Factor koreksi = 900 = 1. 028x + 0.857+2.714+2.340 %  30 menit 0.857mg/mL 25.635) %Q = x 100 250 mg = 101.428µg/mL µg 10 28.786) %Q = x 100 250 mg = 103.809 = 0.013 X = 28. (250.271 x 10 Factor koreksi = 900 = 2.428 x 900 ml x ( ) ml 1 X1 = 1000 = 255.457% .786 (255.
Copyright © 2024 DOKUMEN.SITE Inc.